Bagaimana dengan anggaran investasi?

Dalam kondisi ini (harga minyak rendah), perusahaan akan aman kalau belanja modal juga dipotong. Tetapi ada situasi anomali yang dihadapi Pertamina, yaitu di upstream produksi Pertamina sangat kecil, hanya 300 ribu bph. Sedangkan permintaan 1,6 juta bph dan kapasitas kilang 800 ribu bph. Ini celah yang luar biasa.

Karena itu, investasi di upstream untuk mempercepat recovery atau menambah kapasitas produksi merupakan sebuah kebutuhan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi, di saat harga minyak rendah, justru inilah time for invest di upstream. Pasar Pertamina itu jelas sekali, kapasitas kilang yang kini 800 bph nantinya akan bertambah dengan dibangunnya kilang-kilang baru menjadi 2 juta bph pada 2025.

Ini kan pasar buat sektor hulu Pertamina. Ada market, kenapa nggak invest? Jangan kurangi investasi, khususnya ke arah upstream. Itu strategi Pertamina yang barangkali agak berbeda dari pemain lainnya.

Sudah ada daftar blok migas yang akan diambil alih?

Kami punya, tapi tidak berani meng-expose ke mana-mana. Secara garis beesarnya untuk membawa upstream-nya meningkat dari kapasitas sekarang menjadi di atas 2 juta bph di 2025.

Termasuk mendapatkan blok yang akan habis masa kontraknya?

Kami sudah memetakan blok-blok yang akan habis masa kontraknya sampai 2025-2030, termasuk Blok Masela yang kalau tidak salah sampai 2028. Ini harus kami siapkan. Berapa target dari expired block, dan dari ekspansi ke luar negeri. Di dalam negeri, kami ada expired block dan ada tambahan eksplorasi sendiri.

Pertamina menargetkan produksi minyak dan gas sebesar 1,9 juta barel setara minyak per hari pada 2025. Sedangkan saat ini baru sekitar 607 ribu. Selanjutnya akan ditambah dengan komposisi dari geothermal 45 ribu, EOR 64 ribu, domestic expired block 458 ribu, dan dari luar negeri 563 ribu. Kami sudah punya hitung-hitugan dan detailnya. Tinggal eksekusi ke depan.

Mengapa Pertamina juga membeli blok yang belum habis kontraknya, seperti Blok NSO di Aceh?

Kami melihat potensinya, bisa mendapatkan tambahan produksi saat ini. Lalu, ada minat dari yang punya blok. Di Blok NSO itu, ExxonMobil yang justru menawarkan (menjual kepemilikan hak kelolanya). Pertamina pun tidak perlu bayar. Karena memperhitungkan berbagai kompensasi, Pertamina malah mendapatkan (lebih), menerima bayaran.

Sebab, ada hitung-hitungan soal urusan ketenagakerjaan, dan ada beberapa yang harus ditanggung (ExxonMobil). Jadi, ExxonMobil tidak ingin repot-repot karena (kontraknya) tinggal beberapa tahun. Sedangkan Pertamina berminat, karena bisa diintegrasikan dengan fasilitas yang ada di sekitar itu.

Jadi, pertimbangan membeli sebelum kontrak habis tergantung kondisi masing-masing blok?

Case by case, apalagi sekarang harga minyak seperti ini. Kalau saat ini, kami cenderung tunggu saja sampai selesai. Kan tidak pergi ke mana-mana (bloknya).

Kenapa Pertamina juga meminati Blok Masela?

Kami melihat potensi Masela cukup bagus. Tapi kalau existing operator tidak lakukan divestasi, Pertamina tak bisa masuk sekarang. Bisa masuk saat akan ada perpanjangan masa kontrak. Pemerintah berhak mengatur lagi komposisi saham operator di situ. Pemerintah boleh meminta kepada KKKS (kontraktor kontrak kerjasama), oke saya perpanjang, tapi saya minta NOC saya ini mendapatkan porsi.

Jadi mau tunggu masuk sampai 2028?

Tergantung kesediaan Inpex (operator Blok Masela). Kami memang pernah sampaikan minat kami ke Inpex untuk masuk. Tetapi Inpex menjawab tidak melakukan divestasi. Pada dasarnya ada 10 persen bagian negara dan itu apakah (diberikan) kepada Pertamina atau BUMD, nanti kita lihat. Kalau itu ke BUMD, maka kami menunggu lagi. Kami minta yang menjadi bagian yang sudah ada.

Anda ikut menghadiri rapat kabinet terbatas soal Blok Masela, apa arahan dari Presiden untuk Pertamina?

Arahan Presiden adalah bagaimana Blok Masela itu dikelola dan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk negara, sebisa mungkin melibatkan Pertamina atau BUMD. BUMD sudah ter-cover dengan 10 persen (hak kelola atau participating interest). Kami juga sudah sampaikan kesediaan kepada pemerintah, kalau Pertamina bisa masuk, ya akan masuk.

Jika pengembangan Blok Masela diputuskan onshore, sementara Shell dan Inpex sebagai operator tidak bersedia, apakah Pertamina siap mengambil alih?

Nanti akan kami lihat, berapa Pertamina kuat take over itu. Kalau memang Pertamina kuatnya mengambil sebagian, maka tentu saja harus cari mitra.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Metta Dharmasaputra, Safrezi Fitra, Anggita Rezki Amelia