Bagi Gojek, pandemi Covid-19 memberikan pukulan sekaligus momentum mengembangkan bisnis digital. Bisnis transportasi mengalami kemerosotan, tapi layanan pengiriman atau pesan antar makanan, logistik, pembayaran dan jasa keuangan malah berkembang pesat.
Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan setahun terakhir decacorn Tanah Air ini terus mengembangkan fitur baru untuk mendukung pengguna hingga gerai digital. “Tujuannya bukan hanya mengembangkan bisnis, namun membantu ekosistem yang ada agar bisa bangkit,” kata Andre dalam wawancara khusus dengan Heri Susanto dan Ade Wahyudi, yang merupakan rangkaian dari acara Indonesia Data and Economy (IDE) Katadata Conference, 22 - 25 Maret 2021.
Seiring meningkatnya berbagai layanan Gojek, pembayaran online melalui Gopay pun naik drastis. Pertumbuhan Gopay mencapai lebih dari dua kali (lipat) selama pandemi. Namun, Gojek tak hanya fokus mengembangkan Gopay. Startup jumbo ini juga mengambil langkah ekspansi ke Bank Jago dan LinkAja.
Andre menjelaskan alasan mereka ekspansi ke Bank Jago sebagai langkah mengakselerasi inklusi keuangan, bukan masuk ke bisnis perbankan. “Kami di Gojek dan Gopay tidak mengerti perbankan dan tak punya mimpi menjadi bank sendiri,” katamya.
Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana dampak pandemi terhadap bisnis digital?
Bagi industri, perilaku konsumen dan merchant sangat cepat sekali masuk ke digital dari offline. Hal yang sama dialami penyedia jasa dan supply chain, dan itu bagus. Menurut kami sebagai perusahaan yang membangun infrastruktur digital, maka kecepatan inovasi, efisiensi dan pembenahan ekosistem antara konsumen dan merchant akan menjadi lebih cepat dan baik.
Bagaimana dampak spesifik pandemi ke Gojek?
Kami memiliki platform yang luas. Ada services yang berhubungan dengan transportasi, memang di saat pandemi sedikit terpukul karena banyak yang work from home atau school from home. Namun pengiriman atau food delivery, logistik, pembayaran dan jasa keuangan sangat berkembang dengan pesat. Banyak dari konsumen yang tadinya belum memakai jasa kami, menjadi memakainya.
Apa saja contoh layanan yang berkembang saat pandemi?
Food delivery, tadinya banyak yang membeli makanan ke mal dan tempat lainnya, sekarang berubah. Selain itu ada pula yang membeli bahan pangan lewat platform. Peran digital payment juga sangat besar sekali dalam menjembatani transaksi digital tersebut.
Kami lihat growth dari transaksi Gopay, pemain e-money dan e-wallet lain juga sangat cepat sekali. Kita semua tahu, konsumen yang tadinya nonton di bioskop akhirnya subscribe ke e-platform untuk entertainment. Yang mungkin tadinya ada waktu ke luar beraktivitas, sekarang banyak main game dari platform digital. Jadi, tren ini sangat baik sekali dan seiring itu perkembangan sistem Gopay sangat cepat dalam pandemi.
Berapa besar pertumbuhan Gopay saat ini?
Dalam sektor digital sendiri growth-nya lebih dari dua kali (lipat). Memang ada penurunan di pemakaian untuk QR pembayaran offline, tetapi secara digital lebih dari dua kali.
Selain Gopay, adanya pandemi juga membuat Gojek meluncurkan layanan baru?
Kami sangat fokus dengan merchant industri makanan siap saji. Kami membuat fitur dan produk baru untuk membantu mereka dalam perdagangan digital. Contoh, kami launching yang namanya Selly, fitur untuk para merchant UMKM berdagang lewat social platform seperti Whatsapp dan (aplikasi) messaging yang lain. Itu akan membantu karena sudah terhubung dengan sistem pembayaran dan pengiriman. Jadi transaksi bisa difasilitasi sambil chat dengan konsumen.
Selain itu apa lagi yang telah dikeluarkan Gojek selama setahun terakhir pandemi?
Banyak jenis fitur lain yang kami keluarkan selama satu tahun terakhir. Tujuannya bukan hanya mengembangkan bisnis, tapi membantu ekosistem yang ada agar bisa bangkit kembali. Kami tahu, berdasarkan data dari Maret 2020 sampai Juli 2020 penurunan mereka sangat drastis, banyak teman usaha kecil dan para mitra sopir yang berjuang sekali. Jadi banyak fitur sebenernya bukan hanya untuk keuntungan, tapi mendukung ekosistem agar bertahan dan berkembang karena bisnis kami itu hidup dan matinya ada di perkembangan UMKM dan mitra sopir.
Banyak yang mengatakan kondisi tidak akan kembali seperti dulu dan sektor digital akan memainkan peranan penting. Bagaimana anda melihat soal ini?
Saya setuju meskipun ada beberapa industri digital yang tumbuh besar sekali dan behaviour-nya mau tidak mau online. Contoh edukasi digital itu akan menjadi suatu perkembangan yang sustainable, tetapi mungkin tren itu akan terpengaruh kalau sekolah mulai dibuka.
Kalau dilihat keseluruhan, menurut saya tren ini bisa turun, karena platform digital itu tidak hanya menggantikan tetapi memberikan value terhadap konsumen agar transaksi lebih efisien dan cepat. Terkadang platform digital ini saat growth besar bukan berinvestasi memperbaiki user journey dan kekurangan, tapi malah masuk ke services yang tak berhubungan dengan bisnis mereka.
Seperti apa contohnya?
Misalnya ada platform penjualan online entah itu e-commerce atau food delivery, bila registrasi ke platformnya tetap dengan cara lama akan terhambat berkembang. Mudah-mudahan semua pemain melihat ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan digital dengan fokus memperbaiki infrastruktur yang ada dan memberikan nilai tambah. Agar pengguna dan merchant merasa pelayanan digital lebih baik daripada sebelumnya.
Artinya saat ini penyedia aplikasi sebaiknya fokus memperbaiki platform ketimbang ekspansi bisnis ke arah berbeda?
Iya, terkadang perusahaan kan source-nya terbatas. Kalau fokusnya menambahkan ini dan itu ketika growth-nya bagus, tapi tidak memperbaiki service dan fitur maka nantinya akan membuat perkembangan mereka terhambat dan menurun.
Apalagi ketika pandemi usai, user serta merchant punya pilihan lain seperti offline. Sekarang jualan online hanya menjadi satu pilihan untuk mereka, tapi tidak dipikirkan apakah itu sustainable. Jadi mudah-mudahan semua platform juga melihat apakah pengalaman para pengguna platform mereka itu sudah bagus. Mungkin akan ada investasi yang jauh lebih baik lagi untuk memperbaiki semua user journey.
Gojek juga berekspansi di Bank Jago dan LinkAja. Apa maknanya?
Filosofinya adalah kami sadar tidak dapat melakukan semua sendiri. Jadi semakin banyak bergandengan tangan dengan para pemain untuk memajukan inklusi keuangan, maka akan semakin cepat dan baik. Contoh, kami di Gojek punya payment service yang bekerja sama dengan lebih dari 20 bank. Lalu ada kesempatan investasi di digital first banking solution, kebetulan juga saya dan teman-teman di Gojek sudah mengenal Pak Jerry Ng (CEO Bank Jago) cukup lama. Visinya selaras untuk mengakselerasi inklusi melalui digital first solution.
Apa yang Gojek dapatkan dari investasi di Bank Jago?
Kami akan memperkenalkan banyak produk yang sangat inovatif kepada para konsumen dan merchant di Indonesia. Banyak sekali ide inovatif dan mudah-mudahan bank lain jadi lebih terbuka untuk inovasi supaya kami bisa berbarengan mengatasi problem yang sangat besar. Karena banyak yang bilang kita ingin mencapai inklusi keuangan tetapi kenyataannya problemnya sangat besar dan tidak ada satupun pemain yang bisa sendirian mengatasinya.
Namun, ini bukannya Gopay ingin jadi bank, kerja sama dengan bank lain juga akan tetap terbuka. Mudah-mudahan adanya inovasi baru seperti pembukaan akun bank digital dan pembayaran langsung melalui akun bank secara digital. Kami di Gojek dan Gopay tidak mengerti perbankan dan tak punya mimpi menjadi bank sendiri, tapi kalau kerja sama dibangun dan ramai memberikan solusi maka akan lebih cepat (kejar inklusi keuangan).
Apa yang anda harapkan dari regulator ?
Regulator juga mungkin bisa terbuka lagi matanya untuk memberikan peraturan-peraturan yang lebih mengakselerasi inovasi digital. Mudah-mudahan tahun ini atau tahun depan banyak regulasi yang bisa mengakselerasi inovasi keuangan.
Riset kami dengan East Ventures menunjukkan penggunaan internet Indonesia sudah bagus, namun dampaknya ke ekonomi digital masih terbatas. Bagaimana Gojek melihat peluang ekspansi ke daerah?
Saya pisahkan dari dua aspek. Pertama, bisnis kami yang basisnya logistik, seperti food dan grocery delivery. Kalau untuk ini, kami sudah penetrasi ke seluruh kota, mungkin (urutan kota terbesar nomor) 1,2 atau 3 di Indonesia itu sudah 99 persen. Tujuannya untuk memajukan ekonomi wilayah tersebut sehingga supply and demand kami fasilitasi dengan platform logistik kami.
Seperti apa contohnya?
Contohnya perkembangan merchant baru Gofood di luar Jakarta itu sangat pesat sekali. Selain mungkin karena kesempatan (kerja) terbatas, sekarang itu banyak food entrepreneur yang jago masak. Dengan solusi kami, mereka bisa berjualan dari rumah karena semuanya delivery. Ini demand-nya sangat besar. Kami tahun lalu juga memulai yang namanya Dapur Bersama Gofood supaya para food entrepreneur ini bisa masak di sana dan ini hanya untuk delivery. Kami lihat kontribusinya terhadap perekonomian lokal sangat cepat. Jasa dari Gosend kami juga dipakai oleh platform e-commerce untuk mengantarkan barang ke konsumen.
Lalu apa aspek kedua?
Payment untuk digital, jadi mau merchant di kota apa, konsumen di kota apa, transaksi bisa terjadi tanpa batas. Konsumen dan pemasok di kota besar berkumpul dan membantu pertumbuhan mereka. Semoga bisa lebih sustainable di skala yang lebih besar tahun-tahun mendatang.