Sejumlah perusahaan turut berkomitmen untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals/SDGs. Demikian pula GoTo, perusahaan merger Gojek dengan Tokopedia. GoTo mengaku melah membuat konsep bisnis yang berkelanjutan.
Dalam merancang konsep dan menjalankan strateginya, GoTo membentuk divisi khusus terkait sustainability business. Divisi ini dibentuk tahun lalu di Gojek, sebelum merger dengan Tokopedia.
Group Head of Sustainability GoTo, Tanah Sullivan mengatakan, untuk mencapai target sustainability business, perusahaannya menyiapkan konsep program yang diberi nama Three Zeros: Zero Emissions, Zero Waste, dan Zero Barriers. Konsep ini diintegrasikan pada setiap bisnis unit GoTo dengan tujuan memitigasi resiko jangka panjang pada operasional bisnis.
Dengan konsep ini, GoTo akan menerapkan prinsip ESG (environmental/lingkungan, social/sosial, governance/ tata kelola) yang baik dan relevan untuk semua lini bisnisnya. "Three Zero adalah komitmen Gojek untuk tahun 2030," ujarnya saat berbincang dengan Katadata.co.id, Rabu 1 September 2021.
Tanah juga menjelaskan beberapa contoh konkret yang bakal dilakukan GoTo dalam konsep sustainability business, di antaranya dengan komitmen mengurangi emisi karbon dari semua kegiatan bisnisnya. Ada juga pengelolaan limbah dari setiap bisnis, serta menjalankan prinsip-prinsip sosial seperti kesetaraan gender dan peluang mitra untuk memperbesar pendapatannya.
Bagaimana konsep Three Zeros GoTo dan seperti apa pelaksanaanya? Berikut ini kutipan wawancara Tanah Sullivan dengan Katadata.co.id.
Seperti apa sustainability business menurut GoTo?
Menurut GoTo, sustainability business merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan agar tetap berada pada jalur yang tepat dan terus memberikan dampak positif untuk para stakeholder (pemangku kepentingan), termasuk para anggota ekosistem kami. Dampak positif tersebut tidak hanya terkait keuangan tapi juga sosial ekonomi serta lingkungan dan tata kelola.
GoTo memiliki rencana jangka panjang perusahaan menjalankan bisnis dengan prinsip ESG (environmental, social, governance) yang paling relevan dan memberikan dampak positif dalam ekosistem kami.
Apakah GoTo sudah menyiapkan rencana program terkait sustainability business?
GoTo sudah menyiapkan konsep program yang kami beri nama Three Zero: Zero Emissions, Zero Waste, dan Zero Barriers. Konsep ini diintegrasikan pada setiap bisnis unit GoTo. Kami memastikan prinsip-prinsip ESG diintegrasikan di setiap pengambilan keputusan untuk memitigasi risiko jangka panjang pada operasional bisnis.
Three Zero adalah komitmen Gojek untuk tahun 2030. Saat saya baru masuk Gojek, kami membuat sustainability function, memikirkan apa saja prioritas perusahaan terkait sustainability. Karena setiap isu environmental, sosial, tata kelola bukan berarti semuanya penting tapi harus kami prioritaskan.
Kami melakukan beberapa konsultasi dengan stakeholder Gojek, baik internal maupun eksternal. Bukan hanya karyawan atau pimpinan Gojek, juga melibatkan mitra LSM, hingga FGD dengan konsumen mitra usaha mitra driver. Dengan begitu, kami bisa mengerti isu-isu ESG yang paling relevan untuk semua lini bisnis Gojek adalah terkait emisi, pengelolaan limbah (waste management), dan hambatan (barriers).
Sekarang, setelah merger dengan Tokopedia, semua konsep Three Zero dinaikan ke GoTo, agar semua perusahaan di bawah GoTo sama. Namun, zero emission di Gojek akan unik dengan Tokopedia. Karena lini bisnisnya berbeda.
Untuk zero waste, khusus untuk lingkungan, bagaimana kami mengurangi dampak lingkungan di semua ekosistem GoTo. Kemudian memaksimalkan dampak positif untuk sosial dan indikator ekonomi di GoTo.
Seperti apa konkretnya?
Untuk zero emission, kami membentuk transisi plan khusus untuk Gojek, khusus Tokopedia, dan khusus untuk GoTo Finance. Untuk Gojek targetnya net zero emission di 2030. Kalau dipecah itu ada beberapa inisiatif yang sudah dijalankan, salah satunya transisi ke kendaraan listrik.
Karena hampir 90% jejak emisi itu dari mobilitas di logistik, Goride, Gocar Gofood. Setiap ada yang pesan aplikasi Gojek, pasti ada jejak emisinya. Kalau dihitung semuanya 95% dari mobility, itu yang kami coba carikan solusi untuk menurunkan jejak emisinya.
Kemudian ada beberapa inisiatif, seperti menggunakan listrik dari energi terbarukan. Kami kan sewa beberapa kantor di Indonesia atau luar negeri, setiap bulan kami bayar listrik. Nah, kami upayakan semua listrik untuk kantor-kantor kami bersumber dari energi yang terbarukan renewable. Contohnya, di Indonesia kami kerja sama dengan PLN.
Semua ekosistem GoTo menggunakan kendaraan listrik pada 2030?
Iya 100%. Hingga kini sudah ada beberapa pilot project, dalam hal operasional dan model finansial untuk semua mitra driver-nya untuk bisa transisi ke kendaraan listrik. Awalnya hanya sepeda motor, tapi mudah-mudahan ke kendaraan lain. Kami lihat harga motor listrik dibanding dengan motor konvensional agak jauh lebih premium. Itu yang kami mau turunkan, agar mitra driver tidak terkena biaya premiumnya.
Tapi itu saja tidak bisa mencapai net zero target, walaupun yang paling besar kontribusinya. Ada beberapa hal lain yang harus kami pikirkan dan membuat rencana jangka panjangnya, termasuk dengan sumber energi terbarukan di kantor-kantor. Kami belum selesai menghitung gabungan dengan Tokopedia dan toko cabangnya.
Apa akan ada pembiayaan bagi mitra-mitra untuk mengganti kendaraan listrik?
Saat ini tidak. Tapi kami masih menguji model-model skema yang bisa digunakan untuk peralihan ke kendaraan listrik.
Sekarang harga kendaraan listrik masih lumayan mahal dibandingkan kendaraan konvensional. Infrastrukturnya, seperti pengisian ulang dan lainnya juga belum banyak. Tapi pasti suatu waktu kendaraan listrik ini akan lebih diterima pasar. Kami menunggu momen itu.
Ada rencana memiliki pembangkit listrik surya atap di setiap kantor?
Sedang kami diskusikan di internal. Karena kami bukan pemilik gedung kantor kami, jadi harus lewat landlord. Tapi terbuka dengan semua solusi dan potensi yang saat ini kami eksplorasi. Intinya yang paling scalable dan sustainable.
Seperti kerja sama dengan PLN, karena mereka kan vendor utama listrik di Indonesia dan mereka punya rencana dan roadmap-nya untuk menurunkan jejak emisi karbon di Indonesia. Kami mau mendukung target pemerintah dan PLN terkait zero emision, bukan kami saja, tapi sebanyak-banyak dalam ekosistem energi yang clean energi.
Kalau untuk zero waste, konkretnya seperti apa?
Kami masih banyak pilot project di Gofood. Di Gojek, untuk zero waste itu ada beberapa solusi tapi belum jelas skalabilitasnya. Misalnya penggunaan kemasan yang ramah lingkungan.
Kalau membanding kemasan yang biasanya, seperti styrofoam atau plastik dibanding kemasan yang ramah lingkungan, seperti biodegradable, compostable, atau reusable selisih harganya jauh.
Kami sedang pikirkan bagaimana skema biaya kemasan itu. Apakah dibebankan kepada mitra usaha atau seperti apa. Karena hampir 96% mitra usaha dalam ekosistem Gofood itu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kami ingin UMKM itu diberikan dukungan sistem dan insentif agar mereka punya akses ke kemasan alternatif dan biayanya tidak besar.
Zero waste di Gofood, kami ada cloud kitchen yang kami sewa tempatnya. Ada beberapa merchant yang masak dari cloud kitchen itu. Dengan cloud kitchen ini sampah dan kemanan lingkungan bisa kami kontrol. Di cloud kitchen, kami menguji beberapa macam kemasan, beberapa macam packing dan kami bisa hitung limbah dari setiap merchant.
Bagaimana Zero Waste di Tokopedia?
Kesulitannya itu tidak sekompleks makanan seperti Gofood. Kalau pilot project yang sudah dijalankan di Tokopedia lebih mudah. Karena bukan makanan, jadi tidak ada isu terkait higienis atau steril. Kami sudah mencoba menggunakan material kemasan pembungkus yang bisa didaur ulang atau dipakai Kembali.
Setelah dikirimkan ke konsumen, melalui kurir, kemasan pembungkus ini kami beli lagi. Kemasan tersebut akan kembali lagi ke fulfillment center Tokopedia dan bisa digunakan kembali untuk membungkus barang-barang lainnya.
Bagaimana dengan zero barriers?
Zero barriers juga lumayan kompleks karena ada dua dimensi. Pertama, di sisi internal untuk karyawan Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial. Ini terkait diversity (keberagaman), equity (kesetaraan) and inclusion (inklusi). Kami ingin memonitor investasi besar GoTo agar semua karyawan merasa dihargai, didukung, dan benar benar ada ruang untuk tumbuh di perusahaan.
Diversity contohnya target-target representasi perempuan di level pimpinan. Di industri teknologi ini lumayan jauh antara laki laki dan perempuan representasinya di leadership. Kami ingin ada target-target seperti itu. Saat ini sudah mulai difinalisasi konsepnya dengan perbandingan 50:50.
Tapi kita juga mengetahui saat ini masih sulit. Apalagi di awal-awal mulai dari pendidikan di universitas, representasinya tidak 50:50. Jadi, bagaimana kami bisa kerja sama dengan partner yang lebih expertise-nya ke pendidikan.
Kedua, dari sisi eksternal kami mengeliminasi barries ke semua ekosistem kami. Mitra driver dan mitra usaha bisa mendapat peluang dan kanal untuk memperluas pendapatannya di platform kami. Misalnya, mitra driver Gofood bisa juga menjadi mitra Gosend atau yang lain.
Saat ini Three Zero masih pilot project dan targetnya di 2030, bagaimana tahapannya?
Ini pertama kali ini kami sebagai satu perusahaan sebagai Gojek-Tokopedia mencoba resolve isu-isu seperti ini. Dari pilot project, sekarang zero waste kami sudah menemukan beberapa solusi yang lebih sustainable, seperti kemasan. Tapi masih itu belum mainstream. Karena itu harganya masih tinggi dan tidak kompetitif, perbandingannya 10 kali lipat..
Tapi saya percaya, suatu saat konsumen akan lebih peduli dengan isu-isu lingkungan, seperti kita lihat di media sosial anak-anak muda sudah bisa melihat arahnya.
Mengenai tahapan, kami berharap pelaksanaannya bisa dilakukan sekarang, bukan tunggu ekspektasinya keluar sebagai regulasi dan lainnya. Saya percaya akan lebih banyak startup atau perusahaan besar yang membuat solusi menjalankan bisnis yang ramah lingkungan.
Berapa nilai investasi GoTo untuk sustainability business ini?
Saat ini kami belum bisa memberitahukannya. Yang pasti investasinya lumayan besar, dan akan bertambah besar lagi. Karena sekarang ini investasinya masih hanya untuk membuat pilot-pilot project yang nantinya akan diintegrasi ke setiap bisnis unit GoTo. Artinya setiap operational logistic atau Gofood akan berubah juga.
Investasi ini kan juga tidak hanya menghitung uang, tapi juga hitung energi, waktu dan sumber daya manusianya. Termasuk dengan dengan membentuk divisi sustainability business.
Sejak kapan GoTo membentuk divisi untuk sustainability business?
Sebelumnya GoTo, sebenarnya divisi ini sudah terbentuk. Karena itu kan misinya Gojek soal social impact awalnya. Tapi ada beberapa inisiatif yang sudah jalan sebelum saya masuk. tapi untuk tim sustainability function baru oktober tahun lalu.
Tim ini terlibat dalam semua perencanaan bisnis di GoTo?
Benar, kami melakukan kerja sama di internal. Dengan unit bisnis yang lain, kami sangat dekat. Setiap membuat rencana jangka panjang atau jangka pendek setiap unit, tim kami sudah di situ jadi bisa membuat guidance benchmark-nya. Kami belajar dari industri lain dan negara lain, meski tantangannya beda, tapi solusinya siapa tahu bisa dikerjakan di Indonesia.
Apa harapan GoTo untuk pemerintah, terkait sustainability business?
Menurut saya, yang paling penting komunikasinya kami sebagai sektor swasta dengan pemerintah dan semua industrinya. Kami mungkin bisa memberikan solusi-solusi yang riil terkait waste management atau terkait zero emission dan zero barries. Tapi kami juga butuh dukungan dan masukan dari pemerintah dan industri lain. Jadi, komunikasi dua arah itu penting sekali dan harus dilanjutkan.