Laporan Khusus | KTT ASEAN 2023

Kita Berteman dengan Cina, Juga Amerika

Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
11/5/2023, 18.05 WIB

Setelah terselenggara beberapa pertemuan sejak kemarin, Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur hari ini ditutup. Dalam perhelataan tersebut ada satu sesi para pelaku bisnis yang diwadahi ASEAN Business Advisory Council.

Ketua ASEAN BAC Arsjad Rasjid menyatakan, sejumlah hal penting dibahas, satu di antaranya layanan pembayaran digital Quick Response atau QR Code yang akan digunakan di ASEAN empat bulan lagi.

Semua anggota ASEAN menyetujui integrasi layanan tersebut. “Bukan hanya motto. September ini, transaksi di antara ASEAN menggunakan digital QR Code,” kata Arsjad yang juga Ketua Kamar Dagang Indonesia, Kadin, ini dalam ASEAN Leaders’ Interface with Representatives of ASEAN-BAC, Rabu kemarin.

Dalam wawancara khusus dengan Katadata pekan lalu, Arsjad menyatakan ada lima isu prioritas dalam ASEAN BAC, misalnya terkait transformasi digital. “Fokus kami mengembangkan UMKM. Di Indonesia, lebih dari 90 persen pekerjaan datang dari UMKM,” kata Arsjad di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan.

Perhatian ke pelaku usaha di papan bawah ini penting lantaran pendapatan ekonomi mereka ke negara signifikan. Di Indoensia, kontribusi UMKM hingga 67 persen dan di ASEAN hingga 85 persen. “Ini penting menjadi pertimbangan dalam membuat program digital transfromasi,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Arsjad juga menanggapi posisi ASEAN dan Indonesia di antara dua pemain besar dunia: Amerika Serikat dan Cina. “Mengapa kita harus memilih? Kita berteman dengan Cina, kita berteman dengan Amerika,” kata Arsjad. Berikut ini wawancara selengkapnya.

Arsjad Rasjid (Dokumentasi Kadin)

Menurut Anda, apa saja tantangan terbesar yang dihadapi negara Asia Tenggara sekarang, termasuk Indonesia yang kembali mengemban Keketuaan ASEAN tahun ini?

Kita harus mensyukuri keketuaan ASEAN ini. Kadin akan menjadi host di sektor bisnis yaitu ASEAN Business Advisory Council atau ASEAN BAC. Saya diangkat sebagai Ketua ASEAN BAC dari 10 negara ASEAN, termasuk Timor Lester yang masih menjadi observer.

Berbicara mengenai tantangan, penting melihat keadaan setelah pandemi Covid-19, di mana biaya energi dan harga pangan menjadi tinggi, atau kesulitan mendapatkan pangan. Belum lagi inflasi di seluruh dunia.

Oleh sebab itu, penting saat ini membangun regional suplly chain dan menyatukan kekuatan ASEAN. Asia Tenggara sangat kuat karena jika digabungkan akan memiliki 700 juta manusia. Secara demografis, sebagian besar generasi muda.

Kalau sekarang ditanyakan di mana pertumbuhan ekonomi dunia? Itu ada di ASEAN. Hal inilah yang mendasari tema ASEAN tahun ini yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” atas ekonomi dunia.

Pelaku bisnis perlu bersatu untuk mengambil keuntungan dari epicentrum of growth ini. Hal itulah yang mendasari tema dari ASEAN BAC, yaitu ASEAN Centrality: Innovating Toward Greater Inclusivity.

Artinya, kita perlu bersatu dan tidak meninggalkan siapa pun di belakang. Kita ingin menjadi co-driver dalam pengembangan ASEAN supaya tidak hanya antarpemerintah, namun juga orang ke orang, dan bisnis ke bisnis. Kami berharap bisa memperkuat ekonomi ASEAN yang menjadi pusat pertumbuhan dunia.

Apa saja yang menjadi fokus Indonesia dalam penyelenggaran ASEAN Summit kali ini, khususnya dalam mengembangkan ekonomi Asia Tenggara?

Kami membawa lima prioritas dalam ASEAN BAC. Pertama, transformasi digital. Fokus kami mengembangkan UMKM, karena di Indonesia lebih dari 90 persen pekerjaan datang dari UMKM.

Kontribusi pendapatan ekonomi pun datang dari UMKM, di Indoensia 67 persen dan ASEAN angkanya mencapai 85 persen. Ini penting menjadi pertimbangan dalam membuat program digital transfromasi.

Program apa saja untuk memperluas digitalisasi UMKM?

Kami lakukan tiga proyek yang bisa menyentuh langsung UMKM. Satu, pembayaran dengan menggunakan ASEAN QR Code. Pembayaran ini bisa menggunakan mata uang lokal. Ini bagus untuk UMKM karena tidak perlu membuka rekening baru.

Selain itu, ASEAN QR Code bisa mengurangi biaya transaksi hingga dua persen. Begitu juga untuk wisatawan bisa datang ke negara mana pun hanya membawa handphone dan bisa melakukan transaksi.

Dua, wiki entrepreneurship. Wiki wirausaha itu cara kami menghubungkan wirausaha antaranegara ASEAN. Ini telah dilakukan di G20 ketika Indonesia dan Jepang membuat platform untuk menghubungkan wirausaha kedua negara, juga antara perusahaan besar dan menengah atau kecil. Perusahaan besar akan mentransfer ilmu pada usaha kecil melalui platform ini.

Tiga, marketplace digital lending. Program ini mengenai upaya memberikan akses pendanaan untuk UMKM melalui marketplace.

Lalu, apa prioritas kedua di ASEAN BAC?

Kedua, pertumbuhan berkelanjutan. Kami memiliki dua legasi. Carbon centre of excellence, di mana ASEAN sebagai pemilik paru-paru dunia ingin menentukan nilai yang dimiliki dari hutan dan kawasan mangrove yang dipunyai. Kita harus bersatu dalam carbon credit dan lain sebagainya.

Selain itu, ada ASEAN Net Zero Hub. Sebelumnya kami memiliki Kadin Net Zero Hub. Ini tantangan besar di mana setiap kondisi negara berbeda. Begitu juga dengan usaha besar dan menengah memiliki tantangan yang berbeda.

Untuk itu kita bisa sharing untuk bersama-sama menuju net zero. Kita bisa berbagi, misalnya, teknologi yang digunakan, berbicara mengenai carbon capture, kendaraan listrik, dan lain-lain. Pembiayaannya juga penting.

Arsjad Rasjid di BNEF Summit 2022, Bali (Katadata / Wahyu Dwi Jayanto)

Apa priorotas selanjutnya?

Pada bidang kesehatan, kami membawa program ASEAN On Shot Campaign. Kita tahu pandemi telah berakhir. Tapi ke depannya, pandemi bisa saja kembali, bukan hanya Covid-19, juga malaria, TBC, dan lain-lain.

Nah ini perlu ada produksi vaksin di ASEAN sendiri. Jangan sampai seperti kemarin, vaksin gak ada. Apalagi obat-obatan. Bagaimana negara-negara ASEAN bisa saling membantu jika ada pandemi.

Lalu, ketahanan pangan. Kami ingin membuat inclusive closed loop model, yaitu memastikan ketahanan pangan di antara negara ASEAN. Supaya bisa melihat apa yang bisa kita tanam oleh negara-negara ASEAN. Dalam proses itu, kita tidak boleh melupakan petani. Kita harus mengajak petani menjadi bagian dari ketahanan pangan ini.

Bagaimana terkait investasi dan perdagangan?

Kami berharap perusahaan di ASEAN bisa lebih banyak berinvestasi di negara ASEAN sendiri. Jika banyak berinvestasi dan menumbuhkan perdagangan di negara ASEAN, ini bisa membuka lapangan kerja dan mengembangkan ekonomi ASEAN.

Berbicara tentang ekonomi, ASEAN memiliki pertumbuhan ekonomi yang hebat yaitu rata-rata 5,5 persen dari 10 negara ASEAN. Selain itu, negara-negara ASEAN bisa menekan inflasi, seperti halnya Indonesia di agka lima persen. Ini menjadi kunci investasi dan perdagangan di ASEAN bisa berkembang lebih baik lagi.

Kita akan membangun ASEAN Business Entity supaya perusahaan dari negara ASEAN ini bisa bekerja sama dengan lebih mudah. Indonesia sendiri berharap hal ini bisa dilakukan agar pasar UMKM tidak hanya di Indonesia, namun juga ASEAN sehingga bisa lebih kuat.

Upaya apa untuk menuju ke sana?

Banyak hal yang bisa dilakukan, seperti membangun industri kendaraan listrik. Kenapa kita tidak bangun di ASEAN, padahal kita punya pasar. Kita ajak negara-negara ASEAN untuk investasi.

Lalu sekarang ada Ibu Kota Nusantara di Kalimantan. IKN ini hadir di Pulau Borneo. Untuk itu, kita bisa kerja sama dengan kawasan Borneo lainya. Ada Sabah dan Serawak Malaysia, juga Brunei.

Pada akhirnya, kita ingin memperkuat ASEAN dengan kekuatan sendiri. Sudah waktunya ASEAN berbicara. Jangan didikte negara maju. Pertanyaannya, kita didikte negara maju atau kita yang tidak tau apa yang akan dilakukan? Ayo negara maju bantu kami. Di situlah Indonesia dan negara lainnya menjadi saudara di ASEAN.

Apakah selama ini ada kendala kerja sama antar negara ASEAN?

Kita memiliki sejumlah bisnis yang sama dengan negara ASEAN lainnya, misalnya dengan Vietnam yang sama-sama memasok produk manufaktur ke negara Amerika Serikat. Kompetisi itu penting. Supaya kita bisa lebih produktif dan efisien. Tapi pasarnya kan bukan hanya ASEAN tapi dunia.

Bayangkan kalau kekuatan kita bisa bersatu. Itu menjadi kekuatan. Jadi yang dilihat jangan hanya kompetisi tapi complementary, malahan kita bisa ajak negara di luar ASEAN seperti Australia.

Jadi yang kita bangun adalah ikatan regional. Makanya untuk bisnis, kita mendatangi semua negara ASEAN. Bertemu dengan pelaku bisnis, bertemu dengan pemerintah, untuk mendengarkan. Kenapa kita tidak bersatu? Dan semua menjawab ayo kita harus bersatu, kita menunggu Indonesia.

Terkait posisi ASEAN di antara Cina dan Amerika Serikat, apa yang harus dilakukan di tengah dua kekuatan besar dunia tersebut, baik dari sisi geopilitik maupun ekonomi? 

Pertama, mengapa kita harus memilih? Kita berteman dengan Cina, kita berteman dengan Amerika. Dalam konteks politik kita selalu non-blok. Kita ingin berbisnis, bekerja sama dengan semuanya.

Buat saya, kenapa kita tidak mengambil keuntungan dengan adanya persaingan AS dan Cina. Yang penting, kita bisa berdagang dengan Cina maupun AS. Untuk itu, kita siapkan diri. Malahan mungkin lebih bagus, yang tadinya AS mendapatkan barang dari Cina, sekarang bisa dari Indonesia atau ASEAN.

Sama juga yang Cina saat ini. Kita bisa ambil keuntungan. Sebagai contoh, baterai yang kita buat di Indonesia bisa digunakan di Cina, AS, dan juga Eropa. Yang paling penting adalah bisa membangun kekuatan ekonomi kita supaya hilirisasi berjalan, ekosistem berjalan, yang akhirnya memperkuat ekonomi dan perdagangan. Jadi ngapain harus memilih?

Bagaimana pandangan Kadin mengenai ASEAN Way yang mendapat kritik sejumlah akademisi atau pakar, terutama terkait prinsip non-intervensi dan pertemuan informal sebagai bagian dari manajemen konflik oleh negara-negara ASEAN?

ASEAN itu unik. Kekuatan ASEAN itu adalah perbedaanya. Kekuatan ASEAN itu adalah bagaimana antar-negara menghormati lainnya. Kita menghormati apa yang dilaksanakan oleh setiap negara, karena mempunyai tantangan dari konteks yang berbeda-beda.

Yang paling penting, kita selalu mengajak negara-negara ASEAN untuk bersatu. Makanya kita membawa nilai-nilai. Karena dalam konteks pembangunan, jarang sekali nilai-nilai dibawa dalam perencanaan ekonomi.

Kita bawa 5 P yaitu peace, posperity, people, planet, dan partnership. Ini formula yang dibawa ke ASEAN. Saya merasa itulah kebhinekaan ASEAN, punya karakter sendiri, tidak seperti uni Eropa dan lain-lain.

Reporter: Tia Dwitiani Komalasari

Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.

Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.

Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.

#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData