Shinta Kamdani: Ingin Jadi Negara Maju, Modal Manusia Paling Penting

Katadata/Ilustrasi: Joshua Siringo Ringo
Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani
19/7/2023, 10.00 WIB

Shinta Kamdani resmi menjadi perempuan pertama yang memimpin Asosiasi Pengusaha Indonesia Apindo pada Juni 2023. Ia terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum untuk periode 2023–2028 dalam Musyawarah Nasional Apindo pada Juni 2023.

Perempuan kelahiran 1967 itu menggantikan Hariyadi Sukamdani, yang telah memimpin sejak 2014. Baginya, jabatan baru ini merupakan tanggung jawab yang besar. 

Bos perusahaan investasi PT Widjajatunggal Sejahtera (Sintesa Group) tersebut memiliki beberapa misi dan fokus. “Kami sudah menyusun serta mengembangkan sejumlah program kerja dan program unggulan yang fokus pada isu (peta jalan) perekonomian, pengarusutamaan sertifikasi HR-IR, UMKM Merdeka, serta pengentasan stunting,” kata Shinta pada 15 Juni 2023 di Jakarta.

Berikut ini penjelasan Shinta saat wawancara eksklusif dengan Reporter Katadata.co.id, Dzulfiqar Fathur Rahman.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta WIdjaja Kamdani (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Apa saja fokus Anda dalam memimpin Apindo?

Kami memiliki empat fokus. Pertama, berhubungan dengan ketenagakerjaan karena Apindo sebagai employer association atau asosiasi pengusaha itu harus mengedepankan ketenagakerjaan. 

Kedua, kami juga melihat bahwa aspek usaha mikro, kecil, dan menengah ini menjadi sangat penting. Karena 95% dari ekonomi Indonesia itu dari  UMKM. Usaha  ini tidak hanya dari sisi UMKM tapi juga penciptaan wirausaha baru. 

Ketiga, investasi. Penciptaan lapangan kerja membutuhkan investasi, baik di dalam maupun di luar negeri. Tidak hanya soal investasi baru tapi juga mempertahankan yang sudah  ada. Itu kunci. 

Dan terakhir, advokasi kebijakan. Jadi, kami  harus bisa memberikan masukan-masukan untuk kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun undang-undang yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Bagaimana dengan program prioritas Anda?

Apindo punya empat program unggulan. Pertama, itu yang berhubungan dengan peta jalan perekonomian. Itu yang tadi saya katakan masukan-masukan (untuk) kebijakan pemerintah, baik sektoral maupun non-sektoral. 

Kedua, program stunting. Ketiga, UMKM Merdeka. Keempat, sertifikasi personalia.

Mengapa fokus ke isu tengkes (stunting)?

Kalau melihat pengembangan sumber daya manusia, kita sudah tahu bahwa itu salah satu momok terbesar buat Indonesia. Jika ingin  menjadi negara maju, kita harus melihat modal manusia itu paling penting.

Kalau mundur ke belakang, kita melihat sumber daya manusia itu mulainya dari mana. Mulai dari pendidikan. Sebelum pendidikan, yang mana? Anak.

Banyak riset juga mengatakan masalah stunting ini masalah global, tidak hanya di Indonesia. Ini pengaruhnya sangat besar. Begitu anak stunting, ini tidak bisa diubah, hampir tidak ada penyembuhannya. Tapi kita bisa lebih preventif maupun intervensi pada saat usia yang masih memungkinkan.

Langkah konkret yang akan diambil oleh Apindo?

Keterlibatan pelaku usaha untuk berkolaborasi dengan pemerintah untuk mendukung program ini sangat, sangat penting. Kami mulai dengan kampanye seribu pengusaha untuk membantu program stunting. Nama programnya Kipas. Jadi kolaborasi inklusif untuk anti-stunting.

Ini adalah program yang dikedepankan oleh Apindo bersama-sama dengan pelaku usaha. Kami fokusnya ke ibu hamil, ibu menyusui, dan juga anak balita. Karena berdasarkan ahli kesehatan, itu adalah usia-usia di mana stunting masih bisa dihentikan. 

Cara meyakinkan para pengusaha untuk terlibat dalam program tersebut?

Jadi saya rasa memang jalan ini agak ke belakang, agak jauh. Tapi ini adalah permasalahan besar yang dihadapi Indonesia. 

Saya rasa perusahaan waktu melihat angka-angka ini yang tidak hanya sekadar tulisan, tapi memang sudah data, mereka semua kaget. Pasti mau terlibat. Semua orang juga pasti akan berpikir bagaimana bisa mengatasi masalah ini.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta WIdjaja Kamdani (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Untuk UMKM, apa strategi Anda?

Kami mengusulkan program baru yang kami namakan UMKM Merdeka. Itu adalah pendampingan untuk UMKM dengan kerja sama mahasiswa magang. Jadi, bekerja sama dengan  universitas dan didukung oleh pengusaha besar. 

Seperti apa mekanisme UMKM Merdeka?

Misalnya, ada lima mahasiswa (dalam) satu kelompok. Kemudian mereka membantu UMKM.

UMKM-nya juga sudah didata. Perusahaan besar ikut mendukung dengan menyediakan mentornya. 

Program ini sudah berjalan satu tahun. Kami ada di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi. 

Bagaimana dengan isu hubungan tripartit? Apa fokus Anda soal ini?

Saya merasa ke depannya fokus kami tidak hanya berkutat di masalah-masalah yang sudah menjadi basis selama ini. Kita harus masuk ke dalam suatu era kerja sama baru dengan isu kesejahteraan buruh.

Kemudian tidak hanya bicara soal buruh, tapi pendidikan untuk keluarga buruh. Ini juga penting. Hal-hal yang sebelumnya tidak kami perhatikan.

Jadi, arahnya kita harus sama-sama berpikir untuk masa depan. Jangan hanya melulu tentang hubungan industri. 

Pemerintah juga harus keluar dengan kebijakan yang sama-sama menguntungkan, yang konsisten, dengan formula yang jelas.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta WIdjaja Kamdani (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Sebagai pemimpin perempuan pertama Apindo, ada upaya mendorong perempuan untuk berada di posisi serupa dalam dunia kerja?

Saya melihat memang perempuan dalam kepemimpinan di Indonesia ini masih sangat terbatas. Berdasarkan data yang ada, untuk masuk ke dalam dunia  kerja sebenarnya tidak terlalu buruk antara perempuan dan laki-laki. Tapi yang naik ke jenjang kepemimpinan itu yang jadi masalah.

Jadi, dalam manajemen menengah dia sudah turun ke angka 20-an persen. Lalu, di level kepemimpinan tinggal 5%. Jelas ada masalah. Perempuan seperti tidak naik. Ini kendala yang saya lihat banyak dihadapi perempuan di tempat kerja.

Melalui Apindo ini saya juga melihat bahwa promosi kesetaraan gender di tempat kerja juga salah satu isu penting. Juga dengan pengembangan UMKM perempuan yang masih punya banyak kendala. Itu menjadi satu motivasi khusus.

Langkah konkritnya?

Ada dua aspek. Pertama, saya membentuk koalisi untuk perusahaan-perusahaan, Indonesia Business Coalition on Women Empowerment. Ini mengedepankan kesetaraan gender. Kemudian yang kedua adalah untuk membantu UMKM, terutama untuk perusahaan rintisan perempuan, melalui Angel Investment Network.

Di luar itu, Apindo juga mengedepankan pro-inklusivitas di tempat kerja. Jadi, bukan hanya perempuan, tapi juga disabilitas dan lain-lain. Kami juga sudah mulai memiliki  panduan untuk inklusivitas dan kekerasan di tempat kerja.

Jadi, saya tidak hanya merasa terhormat bisa terpilih. Setelah 71 tahun ada perempuan yang jadi pemimpin Apindo. Tapi saya lebih mengedepankan sebenarnya apa sih masalah yang dihadapi dan bagaimana Apindo juga bisa membantu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.