Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengapresiasi kerja keras pemerintah dalam menjaga performa ekonomi Indonesia sehingga mampu mencatatkan surplus neraca perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada April 2023 mengalami surplus sebesar US$ 3,94 miliar. Dengan hasil ini, artinya, neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
“Kami sangat mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga performa ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi serta krisis Rusia dan Ukraina,” kata Ketua DPP PSI Kokok Dirgantoro, melalui keterangan tertulis, Rabu (17/5).
Adapun, Kokok menilai surplus neraca perdagangan merupakan landasan yang kuat bagi negara dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang masih belum pulih pasca pandemi.
Untuk itu, dirinya mendorong pemerintah bersama instansi terkait agar terus bersinergi dalam membuat kebijakan yang mampu menjaga iklim investasi dan iklim usaha yang sehat untuk mendukung pemulihan dan penguatan ekonomi dalam negeri.
Sementara itu, BPS baru-baru ini merilis nilai ekspor Indonesia bulan April 2023 mencapai US$ 19,29 miliar atau turun 17,62 persen dibanding ekspor Maret 2023.
Dibanding April 2022 atau secara year on year (YoY), nilai ekspor turun sebesar 29,40 persen. Nilai ekspor Indonesia disumbang oleh ekspor nonmigas April 2023 mencapai US$ 18,03 miliar dengan negara tujuan ekspor nonmigas April 2023 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$4,62 miliar.
Selanjutnya, disusul Amerika Serikat US$1,57 miliar dan India US$ 1,54 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,92 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$ 3,16 miliar dan US$ 1,44 miliar.
Sementara nilai impor Indonesia bulan April 2023 mencapai US$ 15,35 miliar, turun 25,45 persen dibandingkan Maret 2023 atau turun 22,32 persen dibandingkan April 2022 (YoY).
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar April 2023 dibandingkan Maret 2023 adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$ 820,1 juta (32,01 persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah ampas dan industri makanan US$ 73,2 juta (22,48 persen).