Maraknya jasa transportasi berbasis aplikasi online, seperti Uber, Grab dan Gojek semakin mendesak bisnis taksi konvensional. Kinerja keuangan PT Express Transindo Utama Tbk dan PT Blue Bird Tbk semakin tertekan. Dua operator taksi terbesar di Indonesia itu pun membukukan penurunan laba yang signifikan.
(Ekonografik: Berebut Kue Jasa Taksi)
Pada kuartal III-2016, Express merugi Rp 81,9 miliar dari sebelumnya untung sekitar Rp 11 miliar. Anggota direksi dan komisaris Express pun mundur pada Jumat pekan lalu (2/12). Blue Bird meskipun masih memperoleh laba bersih Rp 360,9 miliar tapi angkanya menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
(Baca: Dua Direksi dan Empat Komisaris Taksi Express Kompak Mundur)
Kinerja taksi konvensional diperkirakan bakal terus tertekan menyusul penundaan aturan Peraturan Menteri Perhubungan 32/2016 yang mengatur jasa transportasi online. Lembaga pemeringkat Pefindo bahkan telah menurunkan peringkat Express sebanyak dua kali sepanjang 2016 menjadi idBBB+ karena pendapatan perusahaan tidak memenuhi target. Pendapatan Express justru bekurang meskipun armada bertambah selama dua tahun terakhir.
(Baca: Kemenhub: 90 Persen Taksi Online Belum Punya Izin)
Untuk menghadapi persaingan bisnis yang lebih ketat, perusahaan Express berencana merombak manajemen. Corporate Secretary Express, Handy Prawira mengatakan setelah pengunduran diri dua direksi dan empat komisioner, penyegaran manajemen diperlukan. Struktur baru yang lebih tangguh dan visioner dibutuhkan untuk menghadapi tantangan bisnis.
(Databoks: Uber, Tarif Taksi Termurah di Indonesia)