Perbankan di Indonesia tengah menapak era baru dengan membuka layanan bank digital. Seperti BCA yang akan meluncurkan Bank Digital BCA pada awal 2021. Bank ini sebelumnya bernama Bank Royal.
Selanjutnya ada Bank Jago dan Bank Neo Commerce yang juga akan memberikan semua layanannya secara online. Bank Jago kini dikuasai oleh duo Jerry Ng dan Patrick Walujo, sementara startup Akuluku menjadi pemegang saham terbesar Bank Neo Commerce. (Baca: Potensi Besar Bank Digital yang Makin Dilirik Banyak Pemain)
Sebelumnya, sejumlah bank digital telah beroperasi di Indonesia, tapi masih terafiliasi dengan bank umum pemiliknya. Salah satunya, Jenius yang diluncurkan Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN) pada 2016. (Baca: Selamat Datang Era Bank Digital di Indonesia, Prospek & Tantangannya)
Lalu, muncul digibank dari DBS, Tyme Digital (Bank Commonwealth), dan Wokee (Bukopin) pada 2017. PermataME (Bank Permata) dan D-Bank (Danamon) mulai beroperasi pada dua tahun berikutnya. Nyala (OCBC NISP) dan TMRW (UOB Indonesia) juga melayani nasabah sejak tahun ini. (Baca: Saham Bank Jago 4,2% Berpindah Tangan, Harganya Jauh di Bawah Pasar)
Namun, perbankan menghadapi beberapa tantangan di bisnis baru ini. Mereka membutuhkan modal besar untuk pengembangan teknologi dan aplikasi. Kemudian, belum ada regulasi yang khusus mengatur soal bank digital dan literasi keuangan digital masyarakat masih rendah. Di samping itu, sistem keamanan data di Indonesia juga belum memadai sehingga berpotensi menambah kejahatan siber.