Sejumlah perusahaan rintisan (startup) global telah mencatatkan sahamnya di bursa. Kinerja perusahaan-perusahaan digital tersebut mayoritas tercatat mendapatkan “rapor biru” alias berhasil meningkatkan kinerjanya.
Salah satunya, Sea Group. Startup asal Singapura ini telah mencatatkan sahamnya di Bursa New York (NYSE) Amerika Serikat sejak 2017 lalu. Harga saham Sea pun meroket hampir 20 kali lipat dari saat penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO) sebesar US$ 14 menjadi US$ 295 per saham pada 23 November 2021 lalu.
Bahkan, Sea pun dinobatkan sebagai salah satu raksasa perusahaan digital dunia yang masuk 100 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar di dunia. Valuasi atau nilai kapitalisasi pasar startup ini mencapai US$ 165,9 miliar per 23 November 2021.
Sama halnya dengan JD.COM dan Alibaba Group yang harga sahamnya melonjak hampir lima kali lipat sejak IPO pada 21 Mei 2014 lalu, dari US$ 19 menjadi US$ 90,2 per saham. Valuasi startup asal Tiongkok pun tumbuh lebih dari lima kali lipat.
Begitu pula dengan Alibaba Group, Spotify, dan Airbnb yang harga sahamnya tumbuh positif semenjak perusahaan mereka IPO. Meski harga saham Uber cenderung menurun dibandingkan perusahaan digital lainnya, namun valuasi startup asal Amerika Serikat itu tercatat naik sejak 9 Mei 2019 lalu dari US$ 100 miliar menjadi US$ 113,3 miliar per 23 November 2021.