Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dianggap memberikan terobosan bagi dunia bisnis dan industri. Perusahaan di seluruh dunia mulai menerapkannya demi proses bisnis yang lebih efisien.
Dikutip dari berbagai sumber, artificial intelligence (AI) secara sederhana merupakan sistem ataupun mesin yang dirancang komputer untuk bisa berpikir dan bertindak seperti manusia. AI dibangun berdasarkan sejumlah teknologi seperti machine learning, deep learning, dan big data.
Berdasarkan survey McKinsey bertajuk The State of AI in 2022, pelaku bisnis secara global menerapkan AI untuk berbagai keperluan. Mereka yang memanfaatkannya untuk menunjang kegiatan operasional mencapai 24 persen responden.
Sebagian lain memosisikan AI untuk membantu merancang produk baru (22 persen), analisis customer service (19 persen), dan segmentasi pelanggan (19 persen).
Riset Kearney dan ADBI menajamkan soal tren AI untuk bisnis di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Laporan tersebut secara umum menggarisbawahi bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan masih berada dalam tahap awal.
Di Indonesia, sekarang baru 28 persen perusahaan yang berencana mengembangkan AI. Perusahaan di dalam negeri belum gesit mengadopsi AI, terutama karena keterbatasan ketersediaan talenta digital.
Padahal, AI secara umum berpotensi untuk menghadirkan peluang positif bagi bisnis, a.l. membantu menyelesaikan pekerjaan yang bersifat berulang, memungkinkan pembuatan asisten digital, dan membantu pengambilan keputusan secara lebih cepat.
Di samping itu, kehadiran AI tetap disertai tantangan bagi pelaku industri. Misalnya, biaya pengembangan AI yang termasuk mahal. Tantangan lain, yakni AI berisiko menciptakan pengangguran, serta keterbatasan AI untuk berpikir secara kreatif atau out of the box.