Berbicara tentang gangguan kesehatan pada bumil, salah satunya adalah asma. Asma termasuk penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan saluran napas menyempit dan menyebabkan kesulitan bernapas.
Asma pada umumnya pada terjadi disertai dengan gejala tambahan, seperti mengi, batuk, serta dada terasa sesak. Prevalensi asma saat kehamilan di seluruh dunia diperkirakan terus meningkat dan saat ini mencapai 2 hingga 13 persen.
PAFI dengan alamat website pafiluwuk.org adalah salah satu organisasi kesehatan terbesar di Indonesia, yang sangat peduli dengan kesehatan masyarakat. Persatuan Ahli Farmasi Indonesia bertekad untuk terus mengembangkan dan meningkatkan standar farmasi di Indonesia, baik dari segi keilmuan maupun praktik.
Organisasi kesehatan PAFI senantiasa aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyebab utama terjadinya asma saat kehamilan, serta rekomendasi obat yang bisa dikonsumsi bagi penderitanya.
Apa saja faktor penyebab terjadinya asma saat kehamilan?
Studi terbaru yang dilakukan oleh organisasi PAFI menunjukkan bahwa, sekitar 40% wanita mengalami gejala asma terutama asma berat yang dapat memburuk kesehatan selama kehamilan. Selanjutnya, sekitar 60% bumil sama sekali tidak menyadari bahwa mereka mengalami gejala asma yang lebih ringan. Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya asma selama kehamilan yang perlu diperhatikan meliputi:
Peningkatan hormon dalam tubuh
Hormon seperti progesteron dan estrogen meningkat secara signifikan selama kehamilan. Progesteron dapat meningkatkan ventilasi dan meningkatkan kebutuhan oksigen, sementara estrogen dapat mempengaruhi fungsi pernapasan dan reaktivitas bronkial. Meskipun perubahan ini biasanya tidak menyebabkan gejala asma yang parah, beberapa wanita mungkin mengalami perubahan pada gejala asma mereka.
Akibat pembesaran pada rahim
Ketika rahim membesar, diafragma terdorong ke atas, yang dapat mengurangi ruang pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan pernapasan menjadi lebih sulit dan memperburuk gejala asma.
Infeksi dan alergen
Asma pada ibu hamil juga dapat disebabkan oleh infeksi virus pernapasan seperti influenza dan virus pernapasan syncytial (RSV) dapat memperburuk asma. Kemudian, asap rokok, polusi udara, debu, dan alergen lainnya dapat memicu serangan asma. Menghindari paparan ini sangat penting untuk mengontrol gejala asma.
Respons imun yang berubah
Selama kehamilan, tubuh berusaha untuk menyeimbangkan antara respons imun yang diperlukan untuk melindungi janin dan menghindari reaksi berlebihan yang dapat membahayakan kehamilan. Perubahan ini dapat memengaruhi gejala asma.
Kondisi medis lainnya
Kondisi kesehatan ibu secara keseluruhan, seperti obesitas atau kelebihan berat badan, juga dapat memengaruhi gejala asma selama kehamilan. Penting bagi ibu hamil menjaga asupan dengan mengonsumsi makanan bergizi serta olahraga ringan seperti yoga prenatal, senam hamil, ataupun pilates untuk tetap menjaga kesehatan tubuh.
Apa saja obat yang tepat untuk mengobati asma saat kehamilan?
PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) telah melakukan penelitian lanjut mengenai penyebab asma saat hamil. Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengurangi gejala asma yang sering dirasakan oleh bumil serta membantu mengelola kondisi tersebut meliputi:
1. Inhaler bronkodilator
Inhaler bronkodilator digunakan untuk melebarkan saluran udara dan memudahkan pernapasan. Obat-obatan ini umumnya dianggap aman dan efektif untuk ibu hamil. Salah satu jenis inhaler ini adalah albuterol. Albuterol bekerja cepat untuk menghilangkan gejala asma seperti batuk, sesak napas, dan mengi.
2. Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid inhalasi digunakan untuk kontrol asma jangka panjang dan dianggap aman selama kehamilan. Salah satu jenis kortikosteroid yang aman seperti fluticasone. Fluticasone dapat membantu mengurangi peradangan di saluran napas, sehingga mengurangi gejala asma.
3. Obat antileukotrien
Obat antileukotrien dapat digunakan untuk mengontrol gejala asma, meskipun tidak sepopuler inhaler. Salah satu obat antileukotrien adalah montelukast. Obat ini dapat digunakan untuk mengontrol gejala asma selama kehamilan, terutama jika pasien tidak dapat menggunakan inhaler dengan baik.
4. Cromolyn
Cromolyn merupakan obat yang bekerja dengan mencegah pelepasan mediator inflamasi yang menyebabkan gejala asma. Meskipun aman, cromolyn kurang efektif dibandingkan kortikosteroid inhalasi, sehingga penggunaannya lebih terbatas.
Selain mengonsumsi obat-obatan, ibu hamil disarankan untuk selalu menjaga pola makan serta hidup lebih sehat. Mengonsumsi air putih lebih banyak serta olahraga ringan secara rutin dapat mengontrol berat badan serta menjaga kebugaran tubuh. Penting untuk selalu berkonsultasi dari apoteker, agar mendapatkan dosis obat yang sesuai kebutuhan.
Dapatkan informasi kesehatan serta layanan farmasi gratis dengan mengunjungi pafiluwuk.org melalui smartphone Anda.