Niat Sujud Sahwi, Lafal dan Terjemahannya

Pexels
Ilustrasi, niat sujud sahwi.
Editor: Agung
28/3/2023, 09.59 WIB

Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan oleh seorang muslim ketika melupakan ibadah sunnah ab’ad dalam sholat. Seperti ibadah yang lain, ada pula niat sujud sahwi yang wajib dipahami dengan baik.

Sunnah ab’ad tersebut beberapa diantaranya seperti membaca tasyahud awal, shalawat pada tasyahud awal, membaca shalawat terhadap keluarga Rasulullah SAW pada tasyahud yang akhir, dan bacaan qunut saat beribadah sholat subuh serta sholat witir dalam pertengahan bulan Ramadhan hingga akhir bulan tersebut. Namun tak hanya itu, sujud sahwi juga dapat dilakukan ketika dalam keadaan lain.

Keadaan lain yang dimaksud yakni ketika muslim bimbang atau ragu dengan jumlah rakaat sholatnya. Jika demikian, maka seorang muslim harus mempercayai rekaat paling sedikit dan melakukan sujud sahwi dengan membaca niat sujud sahwi terlebih dahulu.

Niat Sujud Sahwi

Niat Sujud Sahwi (Pexels)
 

Niat sujud sahwi hendaknya diucapkan dalam hati atau diniatkan dalam pikiran manusia. Sujud sahwi dapat dilaksanakan sebelum maupun setelah salam. Adapun lafal niat sujud sahwi yang wajib dipahami baik bacaan tepatnya dan terjemahannya. Untuk memahaminya, simak lafal lengkap niat sujud sahwi yakni sebagai berikut:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْا

Subhana man laa yanaamu walaa yashu.

Artinya, "Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”

Hukum Sujud Sahwi

Niat Sujud Sahwi (Pexels)
 

Seperti halnya dengan ibadah lain yang memiliki ketentuan wajib dan sunnah, hukum sujud sahwi pun diatur. Melansir dalam jabar.nu.or.id terkait dalam kitab Hasyiyah al Bujairami, hukumnya yakni ditegaskan sebagai berikut:

وأسبابه خمسة ، أحدها ترك بعض .ثانيها : سهو ما يبطل عمده فقط . ثالثها : نقل قولي غير مبطل . رابعها : الشك في ترك بعض معين هل فعله أم لا ؟ خامسها : إيقاع الفعل مع التردد في زيادت

Artinya, “Sebab kesunnahan melakukan sujud sahwi ada lima. Yaitu meninggalkan sunnah ab’ad, lupa melakukan sesuatu yang akan batal jika dilakukan dengan sengaja, memindah rukun qauli (ucapan) yang tidak sampai membatalkan, ragu dalam meninggalkan sunnah ab’ad, apakah telah melakukan atau belum dan yang terakhir melakukan suatu perbuatan dengan adanya kemungkinan hal tersebut tergolong tambahan” (Syekh Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami, juz 4, hal. 495).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pelaksanaan sujud sahwi cenderung sunnah. Namun secara lebih khusus, Rasulullah SAW turut menegaskan adanya hikmah melaksanakan sujud sahwi yakni sebagai berikut:

إذا شك أحدكم فلم يدر أصلى ثلاثا أم أربعا فليلق الشك وليبن على اليقين وليسجد سجدتين قبل السلام ، فإن كانت صلاته تامة كانت الركعة ، والسجدتان نافلة له ، وإن كانت ناقصة كانت الركعة تماما للصلاة ، والسجدتان يرغمان أنف الشيطان

Artinya, “Ketika kalian ragu, tidak ingat apakah telah melakukan shalat tiga rakaat atau empat rakaat maka buanglah rasa ragu itu dan lanjutkanlah pada hal yang diyakini (hitungan tiga rakaat) dan hendaklah melakukan sujud dua kali sebelum salam. Jika shalat tersebut sempurna maka tambahan satu rakaat dihitung (pahala) baginya dan dua sujud merupakan kesunnahan baginya, jika ternyata shalatnya memang kurang satu, maka tambahan satu rakaat menyempurnakan shalatnya dan dua sujud itu untuk melawan kehendak syaitan.” (HR. Abu Daud).

Niat Sujud Sahwi (Pexels)
 

Merujuk hadist di atas, terlihat apabila seorang muslim ragu maka hendaknya melakukan sujud sahwi dengan didahului niat sujud sahwi. Jika ternyata sholat itu sempurna, maka sujud sahwi itu tetap dihitung pahala. Namun jika sholatnya memang kurang satu, maka hal itu untuk melawan kehendak syaitan. Selain itu ada pula keterangan dalam hadist Al Mughirah bin Syu’ban yang menyampaikan sabda Rasulullah yakni:

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلاَ يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ

Artinya, “Jika salah seorang dari kalian berdiri dari raka’at kedua (lupa tasyahud awal) dan belum tegak berdirinya, maka hendaknya ia duduk. Tetapi jika telah tegak, maka janganlah ia duduk (kembali). Namun hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud.” (HR. Ibnu Majah no. 1208 dan Ahmad 4/253).

Hadist ini menunjukkan jika seorang muslim lupa melakukan tasyahud awal, maka jangan kembali duduk ketika sudah benar-benar berdiri tegak. Kemudian jika demikian, hendaknya ia melakukan sujud sahwi. Namun jika belum tegak berdirinya, maka ia diperkenankan duduk.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيلَ لَهُ أَزِيدَ فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ « وَمَا ذَاكَ » . قَالَ صَلَّيْتَ خَمْسًا . فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ

Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat Zhuhur lima raka’at. Lalu ada menanyakan kepada beliau, “Apakah engkau menambah dalam shalat?” Beliau pun menjawab, “Memangnya apa yang terjadi?” Orang tadi berkata, “Engkau shalat lima raka’at.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud dua kali setelah ia salam tadi.” (HR. Bukhari no. 1226 dan Muslim no. 572)

Selain itu, ada pula ketentuan sujud sahwi apabila rakaat sholat terlalu banyak. Hal tersebut terlihat pada peristiwa yang dialami Rasulullah SAW di atas. Rasulullah SAW pun lantas melakukan sujud sahwi karenanya.

Itulah penjelasan mengenai niat sujud sahwi dan hukum pelaksanaan sujud tersebut. Melihat penjelasan di atas, diketahui agama Islam memberikan kemudahan bagi umatnya melaksanakan ibadah sehari-hari. Lupa terhadap jumlah rekaat sholat maupun beberapa ibadah sunnah lainnya merupakan hal yang wajar dan manusiawi.