Nabi Ayyub alaihissalam adalah seorang utusan Allah SWT yang sangat sabar. Dia disebut-sebut sebagai seorang hamba yang paling baik karena kesabarannya itu.
Ketika ditimpa penyakit, Nabi Ayyub pun berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana diceritakan dalam Alquran.
"Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS Al-Anbiya ayat 83)
Doa Nabi Ayyub
Dikutip dari buku yang berjudul Doa Andalan Para Nabi (2008) oleh Musthafa Murad, Nabi Ayyub tetap sabar dan tegar dalam menghadapi penyakit kronis yang sedang menjangkitinya.
Sekujur tubuhnya penuh dengan borok dan nanah. Namun, beliau tetap bersabar sembari mengharap pahala dari Allah SWT yang Mahatinggi lagi Mahakuasa.
Doa Nabi Ayyub kepada Allah SWT agar diangkat segala penyakit yang dideritanya, berikut bacaan doa Nabi Ayyub agar diberi kesembuhan.
اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚ
"(Ya Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Mahapenyayang di antara semua penyayang”.
Nabi Ayyub berdoa karena khawatir ibadahnya terganggu akibat penyakitnya. Bukan untuk meminta kelonggaran. Kesabaran dan kesantunan dalam doa Nabi Ayyub agar sembuh dari penyakit tersebut kemudian didengar oleh Allah SWT.
Kisah ini tercantum dalam surah Al Anbiya ayat 84 yang berbunyi,
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
"Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami,"
Dikutip dari buku yang berjudul Sakit Menguatkan Iman karya Ali Yafie, rasa sakit yang diderita oleh umat muslim sebenarnya ujian paling ringan yang ditimpakan oleh Allah SWT. Ujian jasmani ini dimaksudkanNya untuk menguji kesabaran dan kerelaan hambaNya dalam menerima takdir sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
"Janganlah kamu menyalahkan penyakit karena penyakit itu dapat menghilangkan kesalahan (dosa-dosa) anak Adam, seperti halnya Kir (alat peniup atau penyala api) membersihkan karat-karat besi," (HR Muslim).
Kisah Nabi Ayyub
Nabi Ayyub merupakan seorang nabi yang dianugerahi kekayaan harta yang melimpah. Kekayaan Nabi Ayyub meliputi hewan ternak seperti unta, sapi, kambing, kuda, dan keledai.
Nabi Ayyub juga dikenal dengan sifatnya yang penuh kedermawanan. Kekayaan yang ia miliki ia pergunakan untuk kebaikan seperti disumbangkan kepada fakir miskin, untuk membantu anak yatim, memuliakan tamu-tamunya, dan lain-lain.
Dijelaskan juga bahwa ia adalah nabi yang penyabar atas segala ujian yang dihadapi. Berkat sifatnya yang penuh kesabaran, ketenangan, dan ketakwaannya tersebut, ia kemudian menjadi hamba yang dikasihi oleh Allah SWT.
Allah SWT kemudian memberi cobaan kepada Nabi Ayyub melalui harta miliknya. Atas kehendak Allah SWT, semua harta ini diambil kembali sehingga Nabi Ayyub tak memiliki apapun.
Selain itu, tubuhnya juga diuji dengan segala macam penyakit, dan yang sehat hanya hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya tersebut, Nabi Ayyub selalu berdzikir kepada Allah, dan menghadapi segala cobaan dengan sabar dan tabah.
Ia juga selalu mengingat Allah sepanjang hari. Ujian yang menimpa Nabi Ayyub ini berlangsung cukup lama, sampai ia dan istrinya terusir, bahkan tidak ada yang mau menerima istrinya untuk bekerja.
Suatu hari, istri Nabi Ayyub menjual satu dari dua kepang rambutnya kepada putri seorang pejabat. Ia menukarnya dengan makanan yang layak. Esok harinya, istrinya menjual kepang rambutnya lagi untuk menukarnya dengan makanan.
Nabi Ayyub kemudian menolak makanan yang dibawa tersebut dan bersumpah tidak akan memakannya, sampai istrinya menceritakan keadaan yang sebenarnya. Mereka tak memiliki apapun untuk membeli makanan.
Ketika Nabi Ayyub mengetahui bahwa kepala istrinya tidak berambut, ia kemudian berdoa seperti yang dijelaskan dalam surat Al Anbiya ayat 83,
وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚ
Wa ayyụba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta ar-ḥamur-rāḥimīn
"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang."
Kemudian Allah juga berfirman dalam Al Anbiya ayat 84,
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ ۚ
Fastajabnā lahụ fa kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahụ wa miṡlahum ma'ahum raḥmatam min 'indinā wa żikrā lil-'ābidīn
"Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami."