Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi salah satu kiblat fesyen muslim dunia pada 2020. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggelar Indonesia Moslem Fashion Expo sebagai bagian dari strategi mewujudkan ambisi ini.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan, industri fesyen merupakan salah satu sektor strategis dan prioritas nasional. Bidang usaha ini menghasilkan devisa dengan nilai ekspor US$ 8,2 miliar per Juli tahun ini atau tumbuh 8,7% secara tahunan.

"Industri fesyen kan nilai tambah dari industri pertekstilan. Di fesyen, salah satu potensi yang kita miliki adalah fesyen muslim. Kami mendorong agar pada 2020 Indonesia bisa menjadi salah satu kiblat desainer fesyen muslim dunia," tuturnya, di Jakarta, Senin (1/10).

Sampai dengan Juli 2018, produk-produk dari industri fesyen domestik baru menguasai 1,9% pasar fesyen dunia. Kemenperin hendak meningkatkan market share ini sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional ikut bertambah. Strategi yang ditempuh ialah dengan mendongkrak pertumbuhan pelaku startup di bidang ini.

(Baca juga: Dua Merek Fesyen Lokal Bawa Gaya Jalanan ke Pasar Amerika Serikat)

Oleh karena itu, Kemenperin menginisiasi program Modest Fashion Project (MOFP) yang berlangsung pada April - Juni 2018. Finalis kompetisi desain busana muslim ini selanjutnya dibina, baik dari sisi pembiayaan, produksi, hingga pemasaran.

Hasil MOFP dipamerkan dalam Indonesia Moslem Fashion Expo di kantor Kementerian Perindustrian pada 1-6 Oktober 2018. Pameran fesyen muslim ini merupakan yang pertama kali digelar.

Daya saing menjadi aspek penting seiring dengan meluasnya pasar produk fesyen muslim. Salah satu pendorongnya adalah peningkatan jumlah penduduk muslim di Indonesia maupun dunia. Global Islamic Economy memprediksikan, nilai pasar fesyen muslim global pada 2020 mencapai US$ 327 miliar.

Menteri perindustrian meyakini bahwa Indonesia mampu menjadi kiblat fesyen muslim global. Apalagi dengan mempertimbangkan populasi masyarakat muslim Indonesia sebagai yang terbanyak di dunia, sedikitnya 200 juta jiwa.

Selain itu, Indonesia termasuk salah satu dari lima besar anggota Organisasi Kerja sama Negara Islam (OKI) yang menjadi pengekspor fesyen muslim terbesar sedunia. Negara OKI selain RI ialah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan.

Hanya, pengusaha masih menghadapi masalah akses pembiayaan. Salah satu pemenang MOFP Cut Beleun misalnya, mengaku belum pernah mendapat akses kredit untuk mengembangkan usahanya. "Sejauh ini, saya pure masih dana pribadi," katanya.

(Baca juga: Tips Pemasaran Era Digital: Dari Urusan Kata Kunci hingga Influencer)

Selain pembiayaan, perempuan berkulit sawo matang tersebut menyatakan bahwa pembinaan hingga akses pasar sangat dibutuhkan khususnya oleh para desainer muda.

Sorotan terhadap subsektor fesyen muslim juga datang dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Pada Agustus 2018, diselenggarakan Bekraf Financial Club yang melibatkan sekitar 50 perwakilan bank maupun penyedia modal nonperbankan.

Kepala Bekraf Triawan Munaf menyatakan bahwa bidang usaha fesyen prospektif. Sepanjang 2016 saja, sektor ini berkontribusi sekitar 56% dari total nilai ekspor ekonomi kreatif.

"Kami berharap, industri keuangan dapat mencari skema pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan permodalan para perancang desain serta para pelaku dalam rantai nilai bisnis fesyen," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik diketahui, sektor fesyen merupakan salah satu kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif pada 2016. Porsinya sekitar 18,01% atau setara Rp 166 triliun.

(Baca juga: Bekraf Pertemukan Pengusaha Fashion Muslim dengan 50 Pemodal)