Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, nilai tukar mata uang euro dan dolar Amerika Serikat menyentuh paritas. Euro turun ke level setara US$ 1 pada Selasa (12/7). Penurunannya sudah sekitar 12% sejak awal tahun.
Sehari kemudian, euro kembali naik di atas paritas tersebut. Mata uang 19 negara anggota Uni Eropa tersebut tertekan karena kekhawatiran resesi menimpa Benua Biru. Eropa kini sedang dilanda inflasi tinggi dan ketidakpastian pasokan energi, dampak invasi Rusia ke Ukraina.
Sebanyak 40% kebutuhan gas Uni Eropa berasal dari Rusia. Namun, akibat sanksi ekonomi dari Barat ke Kremlin, pasokan ini menurun 60%. Rusia membalas sanksi dengan membatasi pasokan gas pipa Nord Stream ke Jerman.
Krisis energi yang datang bersama perlambatan ekonomi menimbulkan keraguan apakan Bank Sentral Eropa (ECB) dapat bertindak agresif dalam menurunkan inflasi. ECB mengatakan akan menaikkan suku bunga pada bulan ini.
Aksi bank sentral tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak 2011 karena inflasi zona euro berada di 8,6%. Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), telah lebih dulu melakukan pengetatan.
The Fed telah menaikkan suku bunga 75 basis poin. Kebijakan agresif ini bisa terus terjadi apabila Eropa dan AS memasuki resesi.
Jika perekonomian keduanya terus memburuk, euro dapat berada di bawah dolar AS. Ini kabar baik untuk orang Amerika yang berencana ke Eropa pada musim panas ini.