Perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom, akan memotong aliran pipa gas buminya pada pipa Nord Stream 1 menjadi hanya 20% dari kapasitasnya. Keputusan ini perusahaan sampaikan pada Senin (25/7). Dampaknya, Jerman dan sebagian besar negara Uni Eropa akan kekurangan bahan bakar tersebut.
Pejabat Amerika Serikat, melansir dari CNN.com, menyebut ‘ketakutan terbesar’ mereka telah menjadi kenyataan dengan langkah Kremlin tersebut. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah bekerja keras di balik layar untuk menjaga sekutunya dari Eropa bersatu melawan Rusia.
Dengan langkah Rusia mengurangi pasokan energinya ke Uni Eropa, negara-negara Barat menjadi panik. Mereka khawatir potensi kekurangan gas parah akan terjadi menjelang musim dingin tahun ini.
Uni Eropa kemungkinan akan mengalami krisis energi pada saat musim dingin. Gedung Putih telah mengirim koordinator bidang energi global, Amos Hochstein, ke Eropa untuk menyelesaikan masalah ini.
Dampak krisis di Eropa dapat menjadi bumerang bagi AS. Lonjakan harga gas alam dan listrik akan merembet ke negara adikuasa tersebut. Kini AS dan Uni Eropa mengalami ujian utama dalam melawan Rusia. Apalagi Kremlin, walaupun telah diberi sanksi ekonomi, tak menunjukkan tanda-tanda mundur dari invasinya ke Ukraina.
Harga gas bumi telah naik 13% pada Rabu lalu. Politisi Eropa menuduh Rusia menggunakan bahan bakar tersebut sebagai aksi balas dendam atas sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepadanya.
Pipa utama Nord Stream 1, yang menghubungkan Rusia dan Jerman, pertama kali dipotong pasokannya sebesar 40% pada Juni lalu. Hal ini telah membuat harga komoditas melonjak naik.
Lonjakan harga energi telah memicu krisis biaya hidup dan meningkatkan beban pada sektor industri. Uni Eropa kini dalam ancaman resesi.