Cek Data: Benarkah Pakaian Impor Cina Memukul Industri Tekstil RI?

Reza Pahlevi
6 April 2023, 09:45
Penjual menunggu pembeli di salah satu toko di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (30/3). Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menyampaikan telah memberikan solusi untuk pedagang pakaian bekas yang terdampak larangan \"thrift\" impor ilega
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Penjual menunggu pembeli di salah satu toko di Pasar Senen, Jakarta, Kamis, 30 Maret 2023.

Pemerintah resmi melarang penjualan pakaian bekas impor untuk melindungi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) tekstil dalam negeri. Keputusan tersebut ditentang. Salah satunya dari anggota DPR Adian Napitupulu yang mengatakan, bukan penjualan pakaian bekas yang menyebabkan UMKM tekstil terganggu, melainkan impor pakaian jadi dari Cina. 

Kontroversi

Adian mengatakan, keputusan pemerintah melarang penjualan pakaian bekas impor salah sasaran. Menurutnya, tren membeli barang bekas atau thrifting tidak berpengaruh langsung terhadap UMKM di tanah air.

Advertisement

Lebih lanjut, Adian menuding larangan ini hanya salah satu cara pemerintah memuluskan jalan impor pakaian jadi ke Indonesia.

“Jadi siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan MenkopUKM. Industri pakaian jadi di negara Cina atau UMKM? Ayo kita sama-sama jujur,” katanya di Jakarta dikutip dari Republika, Sabtu, 16 Maret 2023 lalu.

Mengutip data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, dia menyebut pakaian impor dari Cina menguasai 80% pasar di Indonesia. Impor pakaian jadi dari Cina juga jauh lebih besar dibandingkan dengan impor pakaian bekas selama 2019 – 2022.

“Jika impor pakaian jadi dari Cina mencapai 80%, lalu pakaian jadi impor Bangladesh, India, Vietnam dan beberapa negara lain sekitar 15%, maka sisa ruang pasar bagi produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5%,” ujar Adian.

Faktanya

Pernyataan Adian soal Cina mendominasi impor pakaian jadi di Indonesia benar adanya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Cina merupakan negara asal utama impor pakaian jadi di tanah air.

Data impor pakaian jadi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pakaian jadi rajutan (kode HS 61), pakaian jadi non-rajutan (kode HS 62), dan produk tekstil jadi lainnya (kode HS 63).

Impor pakaian jadi dari Cina meningkat dari US$207,22 juta pada 2014 menjadi US$586,27 juta pada 2020. Nilai impor pada 2020 ini juga menjadi yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.

Meski begitu, nilai impor ini turun pada dua tahun terakhir. Pada 2021, impor pakaian jadi dari Cina turun 2% dari tahun sebelumnya menjadi US$572 juta, kemudian turun lagi 28% menjadi US$411,74 juta pada 2022.

Pernyataan Adian kurang tepat jika mengatakan bahwa Cina menguasai 80% pasar pakaian jadi di Indonesia. Data BPS menunjukkan Cina memang menjadi negara asal impor utama, tetapi tidak pernah sampai 80%.

Data BPS menunjukkan Cina menguasai pasar impor sebesar 40,74% pada 2014. Cakupan pasar oleh Cina sempat mencapai puncaknya 62,6% pada 2020, tetapi masih tetap di bawah klaim sebesar 80% yang disebut Adian. Pada 2022, cakupan Cina turun menjadi 49,5%.

Lantas, apakah impor pakaian jadi dari Cina ini mengancam pasar pakaian jadi, terutama UMKM?

BPS turut mencatat nilai output untuk industri mikro dan kecil setiap sektor industri. Nilai output ini terdiri dari barang-barang hasil produksi, jasa industri yang diterima pihak lain, serta penerimaan lain dari jasa non-industri.

Data ini didapat dari survei industri mikro dan kecil yang dilakukan BPS tiap tahun. Namun data yang tersedia hanya sampai 2020. Akan tetapi, data ini masih dapat berguna untuk membandingkan nilai impor pakaian jadi dan keseluruhan nilai output dari industri mikro dan kecil sektor pakaian jadi.

Hasilnya, impor pakaian jadi dari Cina bahkan tidak pernah sampai seperempat dari total nilai output industri mikro dan kecil sektor pakaian jadi. Impor pakaian jadi dari Cina sempat mencapai 13,28% dari total nilai output industri, tapi persentase ini turun kembali menjadi 8,81% pada 2020.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement