Naik-Turun Harga TBS Sawit Usai Kebijakan Larangan Ekspor CPO

Aryo Widhy Wicaksono
13 Juli 2022, 20:30
Pekerja membongkar muat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas truk di Mamuju Tengah , Sulawesi Barat, Rabu (11/08/2021). ANTARA FOTO/ Akbar Tado/wsj.
ANTARA FOTO/ Akbar Tado/wsj.
Pekerja membongkar muat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas truk di Mamuju Tengah , Sulawesi Barat, Rabu (11/08/2021). ANTARA FOTO/ Akbar Tado/wsj.

Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit terus tertekan seiring lambatnya laju penyerapan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) oleh industri. Kondisi ini terjadi akibat perusahaan sawit kesulitan mengekspor CPO dan produk turunannya, meski pemerintah telah membuka kembali keran ekspor sejak Mei lalu.

Alhasil, stok CPO di tangki penyimpanan kian penuh. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), stok mencapai 6,3 juta ton, sedangkan total kapasitas penyimpanan CPO di dalam negeri adalah 7 juta ton.

"Tangkinya itu sudah di level merah. Semakin banyak pabrik yang tutup (serapan TBS sawit), semakin enggak ada harga TBS. Ini semua mengakibatkan ketidakpastian industri sawit Indonesia," kata Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung kepada Katadata.co.id, Selasa (12/7).

Berdasarkan rata-rata harga referensi Dinas Perkebunan di 22 provinsi, harga TBS sawit pada Juli ini mencapai Rp 2.392 per Kg.

Meski begitu, Per 11 Juli 2022, Gulat mendata rata-rata harga TBS sawit dari kebun petani swadaya adalah Rp 873 per kilogram (Kg), sedangkan rata-rata harga TBS dari kebun petani bermitra Rp 1.255 per Kg.

Awal Mula Harga TBS Sawit Anjlok

Gejolak harga TBS sawit di petani dimulai setelah pada 28 April 2022 lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan larangan ekspor CPO dan produk turunannya seperti minyak goreng. Kebijakan ini keluar setelah Indonesia mengalami kelangkaan minyak goreng di pasar domestik.

Setelah kebijakan tersebut, Apkasindo mencatat harga TBS di lapangan turun hingga mencapai Rp 1.700 per Kg. Bahkan, terdapat harga TBS petani yang dibeli senilai Rp 1.300 per kg. Sebagai perbandingan, pada April harga rata-rata TBS yang ditetapkan Dinas Perkebunan Riau mencapai Rp 3.493 per kg, Dinas Perkebunan Jambi Rp 2.821 dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara Rp 3.609 per kg.

Harga TBS berangsur membaik memasuki pekan ketiga Mei ketika pemerintah mencabut kebijakan larangan ekspor CPO. Harga untuk petani bermitra mencapai Rp 2.548 per kg, dan Rp 2.011 per kg untuk petani swadaya.

Sedangkan harga rata-rata TBS yang ditetapkan Dinas Perkebunan Riau mencapai Rp 3.146 per kg, Dinas Perkebunan Jambi Rp 2.768 per kg, dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara Rp 3.163 per kg.

Akan tetapi, setelah berselang dua pekan. Harga TBS sawit di petani kembali anjlok. Asosiasi mencatat harga TBS petani anjlok di 146 Kabupaten/Kota dari 22 Provinsi.

“Rata-rata harga kini tinggal Rp 1.900 per kilogram untuk petani swadaya dan Rp 2.240 per kilogram untuk petani bermitra” tutur Gulat dikutip Antara Sabtu (4/6) awal Juni lalu.

Menurut Gulat harga TBS anjlok sekitar 55%-60% jika dibandingkan sebelum ada kebijakan larangan ekspor CPO.

Padahal, harga rata-rata Juni yang ditetapkan Dinas Perkebunan Riau mencapai Rp 2.424 per kg, Dinas Perkebunan Jambi Rp 2.225 per kg, dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara Rp 2.614 per kg.

Memasuki Juli ini, rata-rata harga TBS sawit terendah terdapat di Gorontalo, Sulawesi Utara. Harganya mencapai Rp 500 per kg dari kebun petani swadaya dan Rp 800 per kg dari kebun petani bermitra. Adapun, harga referensi Dinas Perkebunan Gorontalo ditetapkan senilai Rp 2.000 per Kg.

Selain itu, Harga Pokok Produksi (HPP) petani sawit telah naik menjadi Rp 2.250 per 6 Juni 2022. Artinya, saat ini petani sawit menjual TBS sawit dengan kerugian Rp 995 - Rp 1.377 per Kg kepada perusahaan kelapa sawit (PKS).

Harga TBS sawit ini juga bergantung terhadap harga CPO. Berdasarkan situs resmi Gapki, harga CPO per 11 Juli 2022 di Rotterdam mencapai USD 1.250 per ton, atau sekitar Rp 19.366 per kg jika dihitung berdasarkan kurs hari ini (13/7). Padahal, harga tender CPO PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) adalah Rp 7.560 per kg. Artinya harga CPO di Indonesia tertekan dengan selisih harga hingga 60% dari harga Roterdam.

Harga CPO sempat menyentuh level tertingginya USD 2.010 per metrik ton pada Rabu (9/3) lalu.

Pemerintah pun menerapkan beragam strategi agar harga TBS sawit dapat kembali naik. Salah satunya dengan mengimplementasikan penerapan biodiesel campuran minyak sawit hingga 35% atau B35 pada akhir bulan ini. Campuran bahan nabati itu naik 5% dari implementasi biodiesel 30% atau B30 saat ini.

Untuk menjaga perekonomian petani, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah meminta pelaku usaha agar membeli TBS minimal Rp 1.600 per kg.

Strategi lainnya adalah mempercepat proses ekspor CPO. Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kemenperin Emil Satria mengatakan permasalahan terhambatnya ekspor sawit ini bukan disebabkan kebijakan pemerintah.

Menurutnya pemerintah sudah berupaya mempercepat ekspor CPO dari sisi regulasi dan program ekspor. Strateginya melalui penerbitan kebijakan Flush-Out (FO), menaikkan angka koefisien distribusi aturan kewajiban pasar domestik (DMO) dan Persetujuan Ekspor (PE), serta peluncuran MINYAKITA.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...