Empat Perusahaan Sinergi Ubah Batu Bara Jadi Gas dan Petrokimia

Miftah Ardhian
8 Desember 2017, 14:43
Tambang Batu Bara
Donang Wahyu | KATADATA
Tambang Batu Bara

PT Bukit Asam (Persero) Tbk. bersama dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menandatangani Head of Agreement (HoA). Kesepakatan kerja sama ini terkait pembangunan pembangunan pabrik guna hilirisasi komoditas batu bara di dalam negeri.

Pembangunan pabrik ini akan menciptakan nilai tambah dari komoditas batu bara. Kemudian bisa mengurangi impor dari produk yang dihasilkan dan bisa dimanfaatkan masing-masing perusahaan. Direktur Utama Bukit Asam (PTBA) Arviyan Arifin menjelaskan melalui penandatanganan kerja sama ini pihaknya akan melakukan gasifikasi batu bara hingga menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah yang tinggi.

Pabrik yang akan dibangun ini akan mengubah batu bara muda menjadi gas (syngas). Selanjutnya diproses kembali menjadi produk petrokimia yakni Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, bahan baku pupuk urea dan polipropilena sebagai bahan baku plastik.

(Baca: Indonesia dan Vietnam Jalin Kerja Sama Pemanfaatan Gas dan Batu Bara)

"Dengan menciptakan produk akhir yang memiliki kesempatan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sekadar produk batubara. Dengan demikian, hal ini diharapkan akan semakin menguntungkan perusahaan,” ujar Arviyan saat konferensi pers usai penandatangan HoA tersebut di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (8/12).

Proses gasifikasi batubara dan penciptaan produk turunan tersebut akan direalisasikan melalui pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi batubara pada Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang berada di mulut tambang batubara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. BACBIE akan dibangun di satu lokasi yang sama dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8.

Pada tahap awal, keempat perusahaan akan melakukan studi kelayakan terkait dengan pendanaan, nilai investasi, dan finalisasi Front End Engineering Design (FEED). Sejalan dengan hal tersebut, keempatnya juga akan melakukan studi Amdal, dan tahap rekayasa, pengadaan, dan konstruksi atau Engineering, Procurement, and Construction (EPC).

(Baca: Inovasi Gasifikasi Batu Bara, Industri Kecil akan Hemat 60 Persen)

Targetnya, proyek ini bisa mulai beroperasi secara komersil pada November 2022. "Sedangkan untuk konstruksi akan dilakukan akhir 2018 atau paling lambat awal 2019," ujar Arviyan. Dari pabrik ini, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea, 400 ribu ton DME dan 450 ribu ton Polypropylene per tahun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...