Adaro Revisi Target Kinerja Tahun Ini
PT Adaro Energi Tbk merevisi target kinerja keuangan tahun ini. Penyebabnya adalah kebijakan harga batu bara untuk pembangkit listrik di dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Keuangan Adaro David Tendian mengatakan salah satu target yang direvisi adalah margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA). Tahun ini perusahaan hanya menargetkan US$ 1,1 miliar hingga 1,3 miliar. Padahal sebelumnya dipatok US$ 1,3 miliar hingga 1,5 miliar.
Menurutnya revisi ini sebagai dampak negatif karena harga batu bara dalam negeri dipatok sebesar US$ 70 per ton hingga 2019. "Tentunya, ini akan ada impact negative ke EBITDA kami, makanya, kami di RUPS ini merevisi target EBITDA kami, ke US$ 1,1 miliar – 1,3 miliar," kata dia usai acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Adaro di Jakarta, Senin (23/4).
Namun, untuk belanja modal, Adaro tak mengubah target yakni masih US$ 750-900 juta. Alokasi ini naik dari belanja modal tahun 2017 sebesar US$ 250 juta. Dari jumlah itu, US$ 200-300 juta untuk membeli alat berat tersebut.
Adapun target produksi batu bara tahun ini sebesar 54 metrik ton (mt) hingga 56 (mt). Target produksi ini tidak jauh berbeda dengan target produksi Adaro pada 2017.
Chief Executive Officer (CEO) Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan pihaknya juga masih melihat peluang agar perusahaannya tetap bisa bertahan di tengah harga batu bara yang masih fluktuatif tahun ini. Salah satunya membidik kerja sama dengan sejumlah perusahaan BUMN.
Salah satu perusahaan yang akan digandeng adalah Krakatau Steel. "Krakatau Steel itu masih impor batu bara kokas dari luar negeri. Ke depannya kenapa tidak dari batu bara kami yang dari Kalimantan Tengah," kata Garibaldi.
Sementara itu, tahun lalu, Adaro membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,37 triliun. Angka tersebut naik 150% dibandingkan dividen tahun 2016.
Selain membagi dividen, RUPS Adaro juga mengganti Siswanto Prawiroatmodjo dari posisi Direksi. Kemudian mengangkat Julius Asian sebagai Direktur Independen.
Alhasil, komposisi direksi Adaro yakni Presiden Direktur tetap dijabat Garibaldi Thohir. Wakil Presiden Direktur adalah Christian Ariano Rachmat. Direktur ada David Tendian, Chia Ah Hoo, Mohammad Syah Indra Aman. Sedangkan Direktur independen adalah Julius Asian.
(Baca: Hingga 2019, Harga Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Maksimal US$ 70)
Adapun, Presiden Komisaris dijabat Edwin Soeryadjaja. Wakil Presiden Komisaris adalah Theodore Permadi Rachmat. Komisaris yakni Arini Saraswaty Subianto. Ada juga Komisaris Independen yakni Palgunadi Tatit Setyawan dan Raden Pardede.