Faisal Basri: Pertumbuhan Ekonomi Tak Cukup Bila Hanya 5%

Yuliawati
Oleh Yuliawati
2 Mei 2018, 17:49
Faisal Basri
Katadata
Ekonom UI Faisal Basri menjadi pembicara dalam forum Asia Pacific Media Forum ( APMF) 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (2/5).

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengungkapkan pertumbuhan ekonomi 5% tak cukup bagi Indonesia. RI perlu mengejar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi untuk melepaskan dari perangkap negara berpendapatan menengah (middle-income trap).

Faisal mengungkapkan beberapa tahun terakhir terdapat tren penurunan pertumbuhan ekonomi dari 10%, 8%, 6% dan 5%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini sebaiknya dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, bukan negara maju seperti Jepang, Jerman, Inggris yang pertumbuhan lebih rendah dari Indonesia.

Advertisement

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara Asean yang tumbuh di atas 5% pada 2017, seperti Kamboja (7,1%), Myanmar (7,7%), Filipina (6,5%), dan Vietnam (6,5%).

"Di Asean kita nomor enam pertumbuhannya. Jadi kita harus mengejar situasi ini," kata Faisal dalam presentasi Asia Pacific Media Forum ( APMF) 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (2/5).

(Baca juga: Faisal Basri: Ekonomi Global Membaik, Indonesia Tumbuh 5,1% di 2018)

Saat ini meski Indonesia mencatat Produk Domestik Bruto di atas Rp 1 triliun atau nomor 16 dunia, namun PDB per kapita hanya berada di peringkat ke 116. Meski pun dalam skenario yang terbaik OECD memprediksi Indonesia akan berada dalam Highly Income Country pada 2043, PDB per kapita pun akan rendah.

"Jika pertumbuhan hanya 5%, ketika pada sampai 2043 meski Indonesia berada di Highly Income Country, namun PDB per kapita akan sangat rendah karena penduduk sudah menua," kata dia.

Faisal mengungkapkan lima hal yang perlu dilakukan agar Indonesia menjadi negara Highly Income Country:

Pertama, percepatan proses industrialisasi. Faisal mengungkapkan rasio pajak dalam lima tahun terakhir sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain.

"Padahal kontributor terbesar penerimaan pajak adalah industri manufaktur, tapi pertumbuhannya sekarang sedang menurun. Jadi kita harus mempercepat proses industrialisasi," kata dia.

Halaman:
Reporter: Muhammad Firman
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement