Sejumlah Kalangan Kritik Rencana Kebijakan Harga Acuan Beras Medium

Michael Reily
4 Juni 2018, 19:17
beras
Katadata | Arief Kamaludin
Pemerintah akan menurunkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras medium untuk menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen

Rencana pemerintah menurunkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras medium untuk menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen menuai kritik dari sejumlah kalangan. Kebijakan itu dinilai tak efektif meredam harga, karena harga beras di pasar bergerak fluktuatif mengikuti hukum pasar.

Sejumlah kalangan yang terdiri dari petani, pengusaha penggilingan, pedagang pasar, hingga pengamat meminta pemerintah untuk mempertimbangkan keputusan penurunan harga acuan beras.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Thohir mengungkapkan kekhawatiran harga pembelian gabah petani akan lebih rendah karena pemerintah juga telah mematok harga jual beras konsumen menjadi lebih rendah.

“Pembeli gabah petani pasti akan menekan harga jadi kami akan lakukan perlawanan dengan menyimpan gabah lebih banyak,” kata Winarno kepada Katadata, Senin (4/6).

Langkah  menyimpan gabah  yang dilakukan petani bertujuan supaya harga jualnya tidak jatuh. Dia menjelaskan langkah menyimpan gabah bakal dilakukan oleh  anggota KTNA dan jaringan petani lainnya. Secara total, ada 6,1 juta orang anggota petani KTNA dari total sekitar 15,5 juta rumah tangga petani.

(Baca : Pemerintah Siap Terbitkan Aturan Penurunan HET Beras Medium)

Selain itu, dia pun mengungkapkan kemungkinan akan ada aksi demonstrasi di daerah untuk menolak pembelian harga gabah dengan harga murah. Pasalnya, sejak tiga tahun terakhir harga  Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tidak  mengalami perubahan, sebagaimana yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. Sementara itu, Winarno menyebut,  inflasi terus bergerak naik.

Dia pun mengakui bahwa penggilingan kecil akan semakin rugi jika petani tidak mau menjual gabah dengan harga rendah. “Harga di penggilingan tidak akan ketemu, bisa bangkrut pengusaha giling yang kecil,” ujarnya.

Hal senada juga diungkap Ketua Persatuan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi). Ketua Perpadi Soetarto Alimoeso mengungkapkan keputusan mendadak pemerintah untuk penurunan HET membuat pihaknya kebingungan. Pasalnya, penggilingan sudah membeli gabah kering panen seharga Rp 4.600 per kilogram dengan ekspektasi menjual beras medium sesuai HET di kisaran Rp 9.450 per kilogram.

Sehingga, stok gabah kering panen dengan penghitungan modal tersebut berpotensu menimbulkan kerugian jika harus dijadikan beras dengan harga jual Rp 8.900 per kilogram. “Kami mengusulkan  implementasi kebijakan itu ditunda,” kata Soetarto.

Perpadi  mengusulkan adanya kelonggaran aturan penjualan beras terkait syarat baru, yaitu di bawah medium. Yang mana salah satu usulannya mengenai kadar pecah dan kadar airnya  tak harus seketat syarat beras medium sebelumnya. Sehingga nantinya, beras di bawah medium bisa dijual dengan harga lebih rendah atau d bawah harga Rp 8.900 per kilogram. Dengan usulan itu, Soetarto pun yakin masyarakat bisa menerima beras ketentuan dengan standar kualitas di bawah medium.

(Baca :  Harga Beras Variatif, Pedagang Akui Sulit Terapkan HET di Pasar)

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...