Inflasi Stabil, Pengusaha Optimistis Iklim Usaha Meningkat

Michael Reily
3 Juli 2018, 10:53
Sritex
sritex.co.id
Seorang pekerja menjahit pakaian militer di pabrik Sritex.

Pelaku usaha optimistis capaian inflasi pemerintah saat Lebaran 2018 mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan iklim usaha. Pengusaha meminta supaya pemerintah bisa terus menjaga inflasi sesuai target 3,5% (±1%).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan ada dua alasan yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. 

Pertama,  dengan inflasi yang rendah maka harga barang bisa stabil dan daya beli masyarakat pun terjaga.  Kedua, inflasi yang rendah bisa memberikan ruang untuk dunia  usaha untuk meningkatkan produksi berbagai sektor karena ada pemintaan konsumsi konsumsi dan  daya beli masyarakat.

Dengan capaian tersebut, dia pun optimistis iklim usaha bisa semakin membaik. “Tentunya capaian yang positif oleh pemerintah,” kata Hariyadi kepada Katadata, Senin (2/7).

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan juga menyebut rendahnya inflasi pada Juni 2018 didorong oleh terkendalinya indeks harga beberapa komoditas dalam kelompok pengeluaran yang menjadi komponen  penyusunan inflasi. Komoditas pendorong utama inflasi selama Juni 2018 antara lain  tarif angkutan udara, ikan segar, tarif angkutan antarkota, dan daging ayam ras.

(Baca : Pemerintah Diminta Waspadai Lonjakan Harga Beras di Semester II)

Kasan mengungkapkan setidaknya ada empat langkah yang telah dilakukan Kemendag dalam menjaga stabilitas harga bahan pokok yang akhirnya turut berimbas terhadap tingkat  inflasi selama Juni 2018, khususnya di kelompok bahan makanan.

Pertama, penguatan regulasi melalui penerbitan Permendag yang mengatur tentang stabilisasi harga barang pokok seperti penetapan harga acuan dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kedua, pendaftaran perusahaan distribusi barang kebutuhan pokok. “Kami melakukan koordinasi dengan instansi terkait (BUMN pangan, Pemerintah Daerah, dan Satgas Pangan, serta pelaku usaha,” ujar Kasan.

Ketiga, pemantauan perkembangan harga dan pasokan di pasar rakyat serta retail modern. Terakhir, upaya khusus penetrasi harga komoditas di masyarakat melalui operasi pasar.

Sedangkan pada semester kedua,  angka inflasi menurutnya  akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dampak kenaikan harga BBM nonsubsidi sebagai imbas kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga rokok kretek, serta nilai kurs rupiah yang cenderung mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat. “Dampaknya pada risiko inflasi dari sisi inflasi administered dan inflasi inti,” katanya.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...