Ekspor Industri CPO Berpotensi Naik Meski Ada Larangan Uni Eropa

Dimas Jarot Bayu
21 Agustus 2018, 14:00
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani kelapa sawit di Riau.

Larangan penggunaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai bahan campuran biofuel pada 2030 oleh Uni Eropa (UE) berpotensi meningkatkan ekspor industri hilir CPO. Potensi tersebut terbuka jika terjadi peningkatan investasi industri hilir CPO di dalam negeri.

Proyeksi itu berdasarkan hasil kajian Direktorat Ketahanan Industri Ditjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian.

Kajian disusun oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Ina Primiana Syinar, Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati, Direktur Penelitian CORE Mohammad Faisal, dan peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus.

(Baca juga: Jokowi Terbitkan Revisi Perpres Mandatori B20)

Kajian menggunakan metode Computable General Equilibrium (CGE) yang mensimulasikan penurunan ekspor CPO hingga 15%. Simulasi dilakukan terhadap dua skenario, yakni pelarangan ekspor minyak sawit ke UE serta ditambahkan peningkatan investasi di sektor industri CPO dan berbagai turunannya.

Hasil simulasi menunjukkan pelarangan dari UE memang akan membuat penurunan ekspor minyak sawit hingga 4,46% dan 3,45%. Meski demikian, ekspor produk-produk turunan CPO justru berpotensi naik.

Melalui simulasi penambahan peningkatan investasi, kenaikan ekspor produk roti biskuit, dan sejenisnya dapat mencapai 27,1%; farmasi sebesar 25,75%; cat dan tinta sebesar 21,38%. Kemudian peningkatan ekspor produk sabun dan bahan pembersih berpotensi mencapai 18,57%; bahan plastik dan serat sintetis mencapai 18,16%; dan kosmetik mencapai 17,17%.

(Baca : Perang Dagang Berpotensi Memukul Ekspor Komoditas Andalan)

Potensi yang sama juga terjadi untuk hasil industri turunan CPO. Melalui simulasi penambahan peningkatan investasi, kenaikan hasil industri sabun dan bahan pembersih mencapai 8,98%, kimia dasar mencapai 6,86%. Lalu, pestisida mencapai 6,79%, kosmetik mencapai 6,01%, dan bahan plastik dan serat sintetis mencapai 5,05%.

"Kalau simulasi pertama tidak ditambah investasi, tumbuhnya rendah. Tetapi kalau ditambah investasi, industri turunan tumbuh," kata Ina di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (21/8).

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...