Perusahaan Barang Konsumsi Rentan Terdampak Pelemahan Rupiah

Image title
Oleh Ekarina
10 September 2018, 17:31
Produk Makanan dan Minuman
Katadata | Donang Wahyu

Pelemahan nilai tukar rupiah rentan mempengaruhi kinerja sejumlah perusahaan barang-barang konsumsi (consumer goods). Depresiasi rupiah berpotensi mempengaruhi perusahaan baik dari sisi produksi akibat pembelian bahan baku yang semakin mahal dan berimbas pada kenaikan harga jual, maupun dari sisi kewajiban atau utang perusahaan dalam bentuk dolar.

Bahana Sekuritas mencatat, setidaknya ada sekitar lima faktor kunci yang mempengaruhi kinerja perusahaan berdasarkan pada kondisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Faktor pertama, terkait seberapa besar eksposur valuta asing bersih perusahaan yakni omzet yang dimiliki perusahaan dikurangi dengan beban biaya.

Faktor kedua yakni terkait  kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga barang, faktor ketiga mengenai  jumlah hari persedian (inventory days);  keempat, fleksibilitas dalam memotong operational expenditure (opex) dan yang terakhir dengan melihat eksposur utang valuta asing perusahaan.

Dari faktor tersebut setidaknya ada tiga hal mendasar yang bisa dinilai untuk melihat fleksibilitas perusahaan dalam menyesuaikan harga barang. "Apakah barang tersebut adalah bahan kebutuhan utama, tingkat persaingan dan tersedianya barang penganti atau substitute goods di pasar dan yang terakhir bagaimana tingkat harganya barang itu sendiri,’’ tulis Analis Bahana Sekuritas Deidy Wijaya dalam risetnya sebagaimana yang dikutip Senin (9/10). 

(Baca : Margin Perusahaan Makanan Minuman Menyusut seiring Pelemahan Rupiah)

Dengan melihat 5 faktor  ini dan berkaca pada histori depresiasi rupiah dimasa lalu,  Bahana sekuritas  menilai  perusahaan sektor konsumer cukup teruji terhadap pelemahan rupiah. Terlebih lagi, jika nilai tukar melemah secara gradual sehingga perusahaan memiliki waktu untuk melakukan penyesuaian harga secara perlahan. 

Namun demikian, tidak dipungkiri juga bahwa ada juga beberapa perusahaan konsumer yang rentan mengalami tekanan.

Dalam risetnya, Bahana menyebut PT Gudang Garam (GGRM), PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) merupakan tiga perusahaan sektor konsumer yang paling resilient terhadap pelemahan rupiah.

Alasannya,  Gudang Garam dan HM Sampoerna memiliki bahan baku mayoritas dari dalam negeri, sementara itu beban perusahaan yang paling besar adalah pembayaran cukai.  Sehingga jika nilai tukar rupiah melemah, kinerja kedua perusahaan rokok ini tidak terlalu terpengaruh.

(Baca : Harga Daging Ayam Melonjak, KFC Kerek Harga Jual)

Demikian juga halnya dengan Mayora yang  meskipun sebagian besar bahan baku terpengaruh oleh depresiasi rupiah, namun perusahaan makanan ini juga masih memiliki penjualan di pasar ekspor, sehingga beban biaya dalam dolar yang dikeluarkan bisa di offset dengan pendapatan dollar yang dihasilkan.

‘’Masyarakat akan lebih mementingkan kebutuhan untuk rokok dan makanan dibanding barang lain yg lebih bersifat diskresioner, inilah satu faktor yang menguntungkan bagi Gudang Garam, HM Sampoerna dan Mayora’’ papar Deidy.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...