Alsintan Kementan jadi Solusi Genjot Produksi Pertanian

Image title
Oleh - Tim Publikasi Katadata
4 Januari 2019, 23:35
Alsintan
Katadata

Program pengembangan Pertanian Modern Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi solusi peningkatan produksi dan menyejahterakan petani. Kebijakan di bawah Menteri Andi Amran Sulaiman ini mengutamakan keberpihakan antara lain dengan penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) secara masif, mulai dari pengolahan lahan hingga panen dan pasca-panen. Dengan demikian, kegiatan usaha pertanian berubah dari sistem tradisional menuju pertanian yang modern.

 

Amran mengatakan, program mekanisasi pertanian tidak hanya berperan nyata meningkatkan produksi pangan, namun juga terbukti menjadi solusi menghadapi kelangkaan tenaga kerja pertanian. 

 

Dalam  pengawasan terhadap bantuan alsintan, Amran mengundang langsung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk bersinergi memperkuat pencegahan korupsi dan mengecek penggunaan anggaran. “Untuk pencegahan, utamanya mengecek anggaran yang sudah disalurkan khususnya alat mesin pertanian. Kami ingin semua terbebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme”, ujar Mentan Amran.

 

Amran menambahkan bahwa, Kementan sudah  memiliki MoU  dengan Ketua KPK sejak 2015. Selain itu, ada tiga hingga empat orang yang ditempatkan untuk mengawasi kerja Kementan.

 

 

Genjot Produksi

 

Hasil analisis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan 2015 menyebutkan bahwa jumlah terbanyak tenaga kerja sektor tanaman pangan adalah petani yang sudah berusia lebih kurang 60 tahun. Disusul petani antara usia antara 40 hingga 45 tahun. Dampaknya terjadi kelangkaan petani dan usia lanjut petani menyebabkan berkapasitas kerja rendah dan  biaya tanam jadi mahal.

 

Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Andi Nur Alam Syah menjelaskan masalah yang muncul pada kegiatan tanam pada akhirnya dapat ditangani dengan menerapkan mesin tanam pindah bibit (transplanter,-red) padi. Mesin transplanter juga menjadi solusi peningkatan kerja kegiatan tanam padi. “Hemat tenaga kerja, mempercepat waktu penyelesaian kerja tanam per satuan luas lahan. Dan faktor tersebut akhirnya mampu menurunkan biaya produksi budidaya padi,” paparnya di Jakarta, Jum’at (4/1).

 

Menurut Andi Nur Alam Syah rata-rata kinerja satu mesin transplanter dengan satu orang operator dan dua asistennya dapat menggantikan antara 15 hingga 27 hari orang kerja (HOK). Sementara kemampuan kerja tanam mencapai 1 hingga 1,2 hektar per hari. 

 

“Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Kementan telah menghasilkan mesin transplanter yang dinamai mesin Transplanter Jarwo 2:1. Secara umum rata-rata biaya tanam padi secara manual sekitar Rp 1,72 per hektar, sedangkan dengan mesin transplanter jarwo 2:1 sekitar Rp 1,1 per hektar,” ujar Andi Nur Alam.

 

Halaman:
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...