Komposisi Warna Tak Lagi Jadi Pakem Padu Padan Busana Kontras
Sejumlah sumber menyatakan, padu padan busana kontras harus memahami komposisi warna. Pada tahun-tahun mendatang cara ini dinilai tidak terlalu relevan lagi. Tren yang akan berkembang adalah tabrak warna tanpa patokan baku.
"Ke depan tip komposisi warna agak diabaikan. Tapi ini tidak masalah. Mau pilih mana silahkan. Asal memang berani, silahkan mencoba," ucap Desainer Nani Rahmat kepada Katadata.co.id, Kamis (24/1). (Baca juga: Tips Bikin Jeans Awet Ala Penata Busana Erick Tjong)
Nani membenarkan bahwa gaya busana berwarna kontras bisa membuat seseorang tampak lebih unik dan menarik. Tapi padu padannya harus memahami konsep warna dasar. Jika tidak, pakaian yang dikenakan justru terkesan aneh di mata orang lain.
"Kalau mengenakan busana warna ungu maka harus tahu ungu itu turunan dari (warna) apa," ucapnya. Apabila salah satu busana yang dikenakan bernuansa ungu, sebaiknya dipasangkan dengan biru dan merah. Keduanya merupakan warna dasar dari ungu.
(Baca juga: IFW 2019, Ini Contoh Desain Fesyen Terinspirasi Kultur Borneo)
Apabila warna kontras yang hendak dikenakan merupakan kain etnik atau tradisional seperti batik dan tenun ikat, sebaiknya perhatikan juga jenis bahan yang digunakan. Pemilihan ini perlu mempertimbangkan waktu, hendak dipakai pada siang atau malam hari.
"Kalau untuk pesta malam hari sebaiknya cari yang kain etnik yang berkilau (memantulkan cahaya), seperti bahan sutera. Misalnya, batik maka pilih yang shinny," tutur Nani.
(Baca juga: Potensial Jadi Kerajinan Unggulan Babel, Sebaran Tenun Cual Dipetakan)
Tercatat sedikitnya 33 kain tradisional berbagai penjuru nusantara menjadi warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain batik, beberapa di antaranya ialah ulos, songket, tenun ikat, dan sejumlah kain langka.