Terus Bertambah, Tahun Ini 5.518 SPBU Terapkan Digitalisasi
Digitaliasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT Pertamina (Persero) terus bertambah. Jika tahun lalu, hanya 500 SPBU, di 2019 akan ada 5.518 SPBU dan 7.700 pipa semprot (nozzle) yang menerapkan sistem digital.
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas’ud Khamid mengatakan digitalisasi SPBU ini bertujuan agar data penjualan bisa lebih akurat. “Kami bisa tahu penjualan secara real time,” kata dia di Jakarta, Rabu (31/1).
Meski begitu, Pertamina tidak mengeluarkan dana investasi karena itu akan ditanggung PT Telkom Indonesia Tbk. Pertamina hanya mengatur mengenai manajemennya.
Pertamina dan Telkom sudah menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) mengenai digitalisasi SPBU di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (31/8). Perjanjian itu ditandatangani Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas’ud Khamid dan Direktur Enterprise & Business Service Telkom Dian Rachmawan. Disaksikan Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Kepala BPH Migas M. Fanshrullah Asa, Direktur Utama Pertamina NIcke Widyawati, dan Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga.
Dengan digitalisasi itu, nantinya Pertamina akan membayar Rp 15,25 per liternya. Sedangkan investasinya Rp 4 triliun selama lima tahun.
Rini mengatakan digitalisasi SPBU ini juga untuk meningkatkan pelayanan Pertamina kepada konsumen. “Digitalisasi SPBU juga dapat menjamin bahwa tak ada kecurangan dalam penyaluran BBM,” kata Rini, di Jakarta, Jumat (31/8).
(Baca: Pemerintah Akan Bentuk Tim Khusus Atasi Praktik Ilegal Sektor Migas)
Di sisi lain, Telkom akan memastikan jaringan untuk mengirimkan data dari SPBU ke sentral data BPH Migas berjalan lancar. Data tersebut nantinya akan menggunakan jaringan 3G dan 4G. "Adapun cara kerjanya yaitu sensor akan dipasang di tempat pengisian, lalu ribuan data akan dikirimkan ke BPH Migas," kata Direktur Enterprise and Business Telkom, Dian Rachmawan, di Jakarta, Senin (13/8).