Hapus Monopoli Penjualan Avtur Pertamina, Jokowi Tawarkan Dua Opsi

Michael Reily
12 Februari 2019, 06:30
PENGURANGAN KUOTA IMPOR AVTUR
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Truk pengangkut avtur bersiap melakukan pengisian bahan bakar pada pesawat salah satu maskapai di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3). PT Pertamina (Persero) mendorong percepatan produksi avtur dari Kilang Balongan menjadi sebesar 1.900 kiloliter per hari pada 2017, sehingga impor bahan bakar pesawat terbang itu diharapkan dapat berkurang hingga 60 persen.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan mencabut monopoli penjualan avtur oleh PT Pertamina (Persero) kepada pihak maskapai penerbangan di Bandara Soekarno Hatta (Soeta).  Mahalnya harga avtur domestik yang lebih tinggi 20% dibandingkan harga  internasional menyebabkan maskapai penerbangan dalam negeri menaikkan tarif tiket. Hal ini turut berakibat pada sektor pariwisata serta menurunnya tingkat keterisian (okupansi) hotel sejak awal tahun ini.

Jokowi mengaku baru mengetahui tarif pesawat domestik meningkat tinggi. “Ternyata avtur yang dijual di Soekarno-Hatta dimonopoli oleh Pertamina, sehingga besok pagi saya akan undang Direktur Utama Pertamina,” kata Jokowi dalam sambutan Rapat Kerja Nasional Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Jakarta, Senin (11/2) malam.

Karenanya, dia memberikan dua pilihan kepada Pertamina. Pertama, meminta Pertamina menyesuaikan harga agar harga avtur domestik setara dengan harga internasional. Jika opsi pertama tidak bisa dilakukan, pilihan keduanya pemerintah akan mengizinkan perusahaan minyak lain menjual avtur sehingga menyebabkan kompetisi harga. 

(Baca: Pertamina Jelaskan Harga Avtur yang Dituding Biang Tiket Pesawat Mahal)

Menurut Jokowi, dengan opsi terakhir, dia yakin banyak perusahaan minyak tertarik dalam pendistribusian avtur di Bandara Soakrno Hatta. “Saya yakin banyak yang mengantre supaya persaingan lebih sehat dan ada efisiensi, larinya ke situ,” ujarnya.

Di sisi lain, Jokowi pun yakin Pertamina mampu bersaing, karena telah berhasil mencetak laba lebih dari Rp 20 triliun.  

Mengenai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Avtur yang dinilai sebagai salah satu biang keladi harga tiket pesawat mahal, PT Pertamina (Persero) pun sebelumnya sudah buka suara. Penentuan harga Avtur itu dibedakan menjadi dua jenis: regular, yang artinya sudah termasuk langganan dan nonregular.

External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan harga Avtur yang dibeli maskapai regular itu sudah disepakati dalam kontrak jangka panjang. Sedangkan, penentuan untuk maskapai nonregular berbeda yakni mengacu pada harga Avtur saat membeli.

Adapun, harga Avtur mengacu Mean of Platts Singapore (MOPS). Jadi, ketika harga minyak dunia turun, Avtur pun menyesuaikan.

Selain harga minyak dunia, Avtur juga mengacu nilai tukar mata uang, biaya distribusi, rantai pasok dan lain-lain. "Sehingga kami harus cermat jika membandingkan harga Avtur di satu bandara dengan bandara yang lain. Karena kondisinya bisa jadi berbeda dan tidak setara untuk diperbandingkan," kata Arya, kepada Katadata.co.id, Senin (14/1).

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...