Penjualan Batu Bara Adaro Meningkat Ditopang Pasar Ekspor

Image title
12 Februari 2019, 08:54
Tambang Batu Bara
Donang Wahyu|KATADATA
Pertambangan Batu Bara. Pada awal 2018, harga dan penjualan batu bara meningkat, namun di semester dua mulai turun untuk kalori di bawah 5.500.

Produksi batu bara PT Adaro Energy mencapai target sesuai yang ditentukan pada 2018, yakni 54,04 juta ton. Khusus untuk kuartal keempat, produksinya sebesar 15,06 juta ton. Peningkatan produksi tersebut diiringi makin besarnya penjualan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia ini, terutama untuk pasar ekspor.

Produksi tersebut disumbang dari PT Adaro Indonesia (AI) 48,33 juta ton, Balangan Coal Companies 4,07 juta ton, dan Adaro MetCoal Companies 1,01 juta ton. Sedangkan Kastrel Coal Resources berkontribusi 4,76 juta ton. (Baca juga: Permintaan Menyusut, Harga Batu Bara Februari 2019 Turun 0,7%)

Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division Adaro Energy Mahardika Putranto mengatakan pencapaian tersebut disebabkan nisbah kupas pada periode 2018 mencapai 5,06 kali. “Pada tahun lalu sedikit melebihi panduan yang ditetapkan yaitu 4,9 kali,” kata Mahardika dalam keterangan resminya, Senin (11/2).

Nisbah kupas merupakan perbandingan jumlah tanah penutup batu bara dalam satuan meter kubik padat yang harus dibuang untuk menghasilkan 1 ton batu bara. Dengan tercapainya target produksi ini, volume penjualan pun meningkat. Pada 2018, penjualan Adaro mencapai 54,39 juta ton, atau meningkat 5 % dari periode 2017 sebesar 51,82 juta ton.

Penjualan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia sebesar 40 % dari total volume transaksi. Sementara itu, ekspor ke Asia Timur 30 %, diikuti dengan India dan Cina masing-masing sebesar 14 % dan 11 %. Peningkatan penjualan ini disebabkan  kenaikan permintaan India terhadap impor batu bara pada 2018.

Pasar batu bara di awal 2018 dimulai dengan harga yang tinggi, namun mulai semester dua harga spot internasional untuk batu bara berkalori di bawah 5.500 terkoreksi. Hal ini membuat tantangan besar bagi pasar batu bara.

(Baca: Pelemahan Ekonomi Tiongkok Mengancam Ekspor CPO dan Batu Bara RI)

Akibatnya, perbedaan antara harga batu bara acuan Global Coal Newcastle (gCN) dan batu bara sub-bituminus semakin besar. Pasokan batu bara sub-bitimus yang melimpah tidak disertai dengan permintaan yang memadai di pasar sehingga menekan harga batu bara yang berkalori rendah 5.500 kkal per kilo gram, dan 4.200 kkal paling terdampak. Pengetatan suplai batu bara bituminus menahan harga acuan gCN tetap tinggi pada harga rata-rata US$ 104,20 per ton pada kuartal keempat 2018.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...