Indef Minta Impor Pangan Jadi Perhatian Serius pada Debat Kedua
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta agar permasalahan impor pangan menjadi perhatian khusus dalam debat Pilpres 2019 putaran kedua. Alasannya, impor pangan merupakan masalah krusial yang berkontribusi terhadap neraca perdagangan dan mempengaruhi inflasi.
Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan, impor menjadi ketergantungan yang masih sulit dihindari oleh pemerintah. Dia mencontohkan hal tersebut seperti terjadi kepada komoditas beras.
(Baca: Pemerintah Hitung Kebutuhan 2019, Ini Proyeksi Jumlah Impor Pangan)
Menurut Rusli, impor beras sudah terjadi sejak tahun 2000. Namun, pada 2018, impor beras mencapai 2,25 juta ton. Capaian ini merupakan yang tertinggi kedua setelah pada 2011 impor sempat menembus angka 2,75 juta ton.
"Impor beras pada 2018 merupakan impor yang tertinggi kedua dalam 18 tahun terakhir," kata Rusli di Nifarro Park, Jakarta, Kamis (14/2).
Dia mengatakan, ada kecenderungan impor beras dapat meningkat pada masa mendatang. Ini mengingat tingkat konsumsi yang juga semakin naik dari tahun ke tahun.
(Baca:Stabilisasi Harga, Bulog Gelontorkan Beras Impor)
Karenanya, Rusli menilai perlu adanya perbaikan pada manajemen produksi dan logistik komoditas pangan. Produksi pangan juga harus digenjot dengan sejumlah kebijakan, seperti mempertahankan lahan abadi pertanian di Pulau Jawa dan ekstensifikasi di luar Jawa.
Selain itu, pemerintah perlu mulai berfokus pada perbaikan teknologi budidaya pangan. Jika impor terpaksa dilakukan untuk menjaga harga, maka hal tersebut harus dilakukan pada waktu yang tepat. Jangan sampai impor dilakukan ketika masa panen.
"Impor harus dilakukan pada saat defisit neraca beras dan menyasar wilayah defisit beras," kata Rusli.
Solusi lainnya yang ditawarkan adalah dengan meningkatkan optimasi kinerja dari Satgas Pangan. Tujuannya mengurangi margin perdagangan dan logistik beras (MPLB) agar petani menikmati kenaikan harga yang terjadi secara alamiah.
Sebab, menurut catatan Indef, Margin Perdagangan dan Logistik Beras (MPLB) semakin meningkat. Pada 2013, MPLB mencapai sebesar 17,27%, 10,43%(2014), 10,42% (2015), 10,57% (2016) dan 26,12% (2017).