Di Daftar Go-Food, Orins Kalahkan Martabak Anak Jokowi
Potongan martabak sempat dianggap paling pas dinikmati saat malam hari. Pendiri Martabak Orins Sonny Arca Andryanto mencoba melabrak kebiasaan itu. Sonny pun menyiapkan resep khusus membuat martabak yang dapat dinikmati 24 jam dengan kue yang tetap lembut. Setelah delapan tahun, Martabak Orins sukses menempatkan diri sebagai salah satu kuliner populer di masyarakat perkotaan.
Sonny mengungkapkan kesuksesan Martabak Orins terletak pada pembuatan kue, bukan topping. "Saya berani jamin Orins unggul daripada yang lain, misalnya kue tetap lembut dalam 24 jam, itu yang tidak bisa orang lain tiru," kata Sonny kepada Katadata.co.id, Kamis (14/3).
(Baca: Salmon Mentai By Anind, Kuliner Eksperimen Berbuah Omzet Ratusan Juta)
Dia menjelaskan, keunikan pada penyajian serta rasa topping mudah ditiru orang lain. Contohnya, model martabak seperti pizza yang Orins sajikan - Sonny mengklaim sebagai pionir - mulai muncul sejak 2016.
Konsistensi Orins pada formula kue diharapkan memberikan edukasi kepada masyarakat. "Prinsip saya, dalam bisnis makanan, sekuat apapun pemasaran, pilihan pasti jatuh pada rasa," ujar Sonny.
Saat ini, Orins memiliki 35 gerai yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Surabaya. Untuk menjaga formula, Sonny membangun pabrik rumahan untuk pembuatan bahan baku dan pencampuran tepung secara terpusat di Tangerang, Banten.
(Baca: Gojek Anugerahkan 27 Penghargaan Terhadap Toko Terbaik di Jabodetabek)
Orins kalahkan Martabak Buatan Anak Jokowi
Konsistensi formula kue itu juga yang menjadi alasan pertumbuhan Orins stabil pada level 30% setiap tahun. Penjualan Orins melalui layanan on demand Go-Jek masuk dalam daftar terlaris dan mendapat penghargaan sebagai Juara Partner Go-Food 2019 untuk kategori martabak pada 2019.
Dalam kategori martabak, Orins mengalahkan Markobar. Ini adalah besutan Gibran Rakabuming Raka, anak Presiden Joko Widodo, yang mulai membangun Markobar pada 2015. Gelar martabak terbaik di Go-Food ini telah diraih Orins selama tiga tahun berturut-turut sejak 2016.
Meski telah mendapat pengakuan lewat berbagai penghargaan, Sonny terus berupaya mengembangkan inovasi bisnis. Salah satunya peningkatan brand-awareness di dunia digital sejak 2017. "Aneh memang, Orins juara, tetapi masyarakat lebih mengenal yang lain karena saya bukan siapa-siapa," kata Sonny sambil tertawa.
(Baca: Adopsi Teknologi Digital, Tips Zomato agar Bisnis Kuliner Makin Sukses)
Sonny menceritakan strategi pemasaran digital Orins dimulai dengan membangun promosi di media sosial. Dia menunjuk seorang penanggung jawab untuk mengelola berbagai akun. Kemudian, dia juga membentuk tim media sosial untuk pemasaran yang lebih masif.
Seiring promosi yang semakin gencar, Sonny pun mulai berekspansi besar-besaran. Di tahap awal membangun bisnis, Sonny menerapkan ekspansi dengan model franchise karena masih kekurangan modal. Namun, setelah kuat secara sumber daya manusia dan modal, dia memilih untuk berkembang secara konvensional.
Sonny menuturkan, pengembangan bisnis Orins pun berdasarkan kepercayaan modal dari keluarga atau teman terdekat. Sehingga, sistem bisnisnya masih model kekeluargaan. "Mereka bisa memberikan modal, tetapi ada perjanjian tidak tertulis kalau manajemen itu tidak boleh diganggu gugat," ujarnya.
(Baca: Selain Kopi, Upnormal Siap Sajikan Menu Indomie di Singapura)
Hingga kini, Sonny memilih fokus ekspansi di dalam negeri meski muncul banyak tawaran untuk ekspansi ke luar negeri seperti dari Singapura, bahkan Amerika Serikat (AS). Sonny belum tertarik merambah pasar luar negeri karena regulasi di luar negeri yang sulit
Selain itu, dia melihat penduduk Indonesia yang berjumlah 260 juta menyimpan potensi sangat besar. Persaingan dalam negeri juga bukan tanpa tantangan. Sonny menyebutkan banyak jagoan di setiap kota yang lebih awal memulai bisnis martabak. Usia bisnis mereka mencapai puluhan tahun dan memiliki pelanggan yang loyal.
Menyiasati tantangan tersebut, Sonny memfokuskan pemasaran Orins menggunakan teknologi digital. "Solusinya kembali lagi digitalisasi. Kalau tidak, kami cuma akan buang-buang uang," katanya.