Dibuka Menghijau, IHSG Langsung Terpuruk ke Zona Merah
Indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 0,2 poin atau 0,01% ke posisi 6.480,98 pada pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (29/3) pagi. Namun tak lama berselang, IHSG langsung bergerak turun ke zona merah. Hingga berita ini ditulis IHSG sudah terkoreksi 0,46% ke 6.450,88.
Kinerja IHSG berkebalikan dengan bursa saham Asia lainnya yang kompak bergerak di zona hijau sejak memulai perdagangan hari ini. Indeks Shanghai terpantau telah melesat hingga 2,33%, Nikkei naik 0,95%, Hang Seng 0,79%, Strait Times 0,58%, KLCI 0,48%, PSEi 0,31% dan Kospi 0,30%.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, IHSG berpotensi menguat hari ini di tengah sentimen eksternal yang bervariatif bagi pasar.
"Potensi aksi minor "window dressing" triwulan I-2019 serta dukungan pasar regional ditandai saham AS ditutup menguat pada Kamis, membuka peluang bagi IHSG untuk menguat pada perdagangan saham hari ini," ujar Alfiansyah di Jakarta, Jumat (29/3).
Window dressing adalah strategi yang digunakan manajer investasi dan juga perusahaan untuk mempercantik tampilan portofolio atau performa laporan keuangannya sebelum ditampilkan kepada klien ataupun pemegang saham.
(Baca: IHSG Dibuka Menguat di Tengah Turunnya Bursa Saham Regional)
Dari eksternal, krisis keuangan terjadi di Turki menyusul likuiditas Lira semakin ketat di pasar uang. Pengetatan likuiditas Lira di pasar uang terjadi karena pengaruh kebijakan internal pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pemerintah Turki belakangan terus mengarahkan perbankan di dalam negeri untuk menahan likuiditas lira di pasar uang asing. "Namun, krisis keuangan di Turki tidak berpengaruh ekonomi dunia secara keseluruhan," kata Alfiansyah.
Perundingan Dagang AS-Tiongkok Terus Berlanjut
Sentimen eksternal lainnya yaitu pemerintah Tiongkok tengah berupaya membuka akses pasar secara lebih luas di bidang jasa keuangan kepada investor asing. Hal ini dilakukan meski negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok belum sepenuhnya menemui titik temu.
Tiongkok berjanji membuka kesempatan lebih besar kepada investor asing sejak setahun terakhir seiring dengan meningkatnya tensi perdagangan dengan AS. Tiongkok akan mengumumkan aturan baru yang akan memungkinkan bank asing untuk masuk ke pasar Tiongkok.
(Baca: Ancaman Resesi AS, BI Lihat Peluang Aliran Masuk Dana Asing)
"Selain itu, AS dan Tiongkok telah membuat kemajuan di semua bidang yang dibahas dalam pembicaraan dagang, di mana ada pergerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya mengenai masalah sensitif transfer teknologi paksa," ujarnya.
Namun, ancaman potensi resesi perekonomian AS masih akan membebani benak investor. Investor global telah mewaspadai inversi imbal hasil surat utang pemerintah AS. Imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun jatuh di bawah imbal hasil surat utang bertenor 3 bulan.
Pertumbuan ekonomi AS juga semakin melemah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi 2,6%, menjadi hanya 2,2%.
Senada dengan Alfiansyah, analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya juga memprediksi IHSG akan bergerak positif hari ini. Menurut William, sentimen yang berpotensi menggerakkan IHSG ke level yang lebih tinggi yaitu data pertumbuhan kredit yang baru saja dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dia memprediksi IHSG hari ini akan bergerak di kisaran 6356 - 6498. "Hari terakhir pada pekan terakhir di bulan ketiga 2019 akan diwarnai oleh data pertumbuhan kredit yang telah terlansir, hal ini tentunya memberikan pengaruh terhadap pola gerak IHSG hari ini, peluang kenaikan masih terlihat cukup besar ditengah gejolak market global dan regional," papar William.
(Baca: Spekulasi The Fed Turunkan Bunga Acuan, IHSG Melaju Positif 0,56%)