Sumitomo Suntik Modal Agregator Fintech Pembayaran Cashlez
Perusahaan agregator financial technology (fintech) pembayaran PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez) telah menyelesaikan putaran pendanaan seri A. Pendanaan itu dipimpin oleh perusahaan perdagangan dan investor asal Jepang, Sumitomo Corporation.
Selain itu, investor terdahulu yakni Mandiri Capital Indonesia turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan tersebut. “Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami menjadi startup pertama di Indonesia yang menerima pendanaan dari Sumitomo Corporation,” ujar CEO Cashlez Teddy Tee dalam siaran pers, Selasa (16/4).
(Baca: Agregator Fintech Pembayaran Cashlez Targetkan 5 Ribu Mitra Tahun Ini)
Hanya, Teddy tidak menyebutkan besaran pendanaan yang diterima Cashlez. Ia hanya menyampaikan, tambahan modal ini akan digunakan untuk mengembangkan produk dan layanannya. Dengan begitu, mitra usaha bisa lebih mudah mengelola bisnisnya. Pendanaan ini juga akan dimanfaatkan untuk memperluas jaringan.
Untuk itu, Cashlez akan menunjuk tim manajemen baru. Teddy mengatakan, tim yang akan dia pilih harus memiliki pengalaman yang beragam supaya bisa mengawasi arahan strategi dan tata kelola perusahaan, serta memberikan panduan menyeluruh kepada semua tim eksekutor.
(Baca: Resmi Merger dengan Sumitomo, BTPN Berambisi Masuk Kelompok Bank Besar)
Ketatnya pemilihan tim itu supaya memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga bisnis tumbuh berkelanjutan. “Hal ini guna mewujudkan visi dan misi kami untuk menjadi platform aggregator pembayaran nontunai bisnis terbaik,” kata dia.
Menurut Assistant to General Manager Sumitomo Corporation Hajime Terazawa, Indonesia merupakan salah satu negara yang progresif mengurangi penggunaan uang tunai. Untuk itu, Sumitomo optimistis bahwa layanan dan solusi pembayaran lewat ponsel atau Mobility-as-a-Service (MaaS) akan dibutuhkan ke depan.
Ia pun percaya, Cashlez yang menyediakan mPOS terminal, memberikan layanan yang bermanfaat bagi pemilik usaha dan konsumen. “Kami harap Cashlez akan menjadi unicorn pertama di industri pembayaran dan kami akan terus mencari startup berpotensi lainnya untuk investasi,” ujarnya.
(Baca: Dorong Inklusi Keuangan, Pemerintah Akan Berikan Subsidi Kepada Tekfin)
Adapun Cashlez berdiri pada 2015 dan mulai beroperasi Juni 2016. Saat ini, Cashlez telah digunakan oleh lebih dari 3 ribu mitra usaha di Indonesia dalam berbagai segmen dan industri mulai dari toko retail, restoran, kafe, akomodasi, tempat rekreasi, salon hingga asuransi.
Tahun ini, Cashlez menargetkan jumlah mitranya mencapai 5 ribu. Untuk itu, Cashlez fokus menggandeng lebih banyak fintech pembayaran. Yang teranyar, Cashlez bekerja sama dengan PT Visionet Internasional (OVO) pada Februari 2019 lalu.
(Baca: E-Commerce dan Fintech Paling Menarik Minat Investor Digital)
Cashlez juga sudah menyediakan layanan pembayaran Yap! dari BNI dan TCash milik Telkomsel, yang kini telah bergabung menjadi LinkAja. Selain itu, Cashlez bermitra dengan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) lewat Jenius, Maybank Indonesia, Bank Mandiri, Mastercard, dan Visa.
Ke depan, Teddy ingin memperluas layanan pembayaran seperti Go-Pay dari Gojek. "Kami akan kaji kemitraan lain kalau itu berpengaruh terhadap mitra (pengguna) kami. Kalau ada 10 ternyata tujuhnya tidak aktif, ya kami ambil yang aktif saja," kata dia, pada Februari lalu.
(Baca: Perluas Pasar, Go-Pay Gandeng Penyedia Sistem Kasir Pawoon)