Rupiah Terus Melemah Karena Perang Dagang AS-Tiongkok
Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (9/5) dibuka melemah 11 poin ke posisi Rp 14.306 per dolar AS. Pelemahan terjadi diakibatkan oleh faktor internal dan juga eksternal. Dari faktor internal, kinerja ekonomi Pemerintah Indonesia yang menurun pada Kuartal I 2019 ke 5,07% nampaknya menjadi faktor kuat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Investor asing yang melihat kinerja ekonomi kita kan juga pasti mikir ulang ya untuk menanamkan saham mereka," ujar Analis Katadata Damhuri Nasution saat diwawancarai Katadata.
(Baca: Dana Asing Mengalir Keluar Rp 688 Miliar, IHSG Turun 0,43%)
Target pemerintah yang awalnya ingin mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% di tahun 2019 sepertinya akan meleset. Dan hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi para investor.
Lain lagi halnya dengan faktor eksternal. Faktor eksternal pelemahan nilai tukar rupiah masih dipicu oleh semakin panasnya perang dagang AS dan Tiongkok. Rencana penaikkan tarif bea impor kepada Tiongkok oleh Trump yang akan diberlakukan pada Jumat ini turut melemahkan rupiah Indonesia.
"Penaikan tarif tersebut tentunya akan menurunkan volume perdagangan kedua negara. Turunnya volume perdagangan AS dan Tiongkok akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dunia," tambah Damhuri.
(Baca: Ancaman Perang Dagang Amerika yang Memicu Resesi Ekonomi Dunia)
Selain itu, perang dagang AS dan Tiongkok menyebabkan kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi dunia. Kekhawatiran tersebut menyebabkan sebagian investor mencabut sahamnya dari pasar modal Indonesia.
Melemahnya nilai tukar rupiah setelah sebulan lalu sempat terus menguat juga disebabkan karena kedua negara yang sedang mengalami perang dagang merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Ekspektasi pasar yang sudah sempat positif, diturunkan oleh cuitan Trump.
Pelemahan rupiah diperkirakan masih berlanjut selama AS dan Tiongkok tidak dapat melanjutkan negosiasi. "Mood Presiden Trump juga akan menjadi pengaruh bagi dunia, kalau ia membatalkan kenaikan bea impor sih saya rasa efeknya terhadap pelemahan rupiah tidak akan berlanjut". Rencana kedatangan Delegasi Tiongkok ke AS menumbuhkan optimisme negoisasi berlanjut sebesar 60%.
(Baca: Di Bawah Prediksi, Ekonomi Kuartal I-2019 Cuma Tumbuh 5,07%)
Jika perang dagang tidak berlanjut, nilai tukar rupiah diprediksikan akan menguat ke Rp 14.100 per dolar AS. Namun jika perang dagang tetap berlanjut nilai tukar rupiah diprediksi bisa melemah ke nilai Rp 14.500 per dolar AS dikarenakan akan banyak investor yang keluar dari pasae keuangan Indonesia. "Jadi melemah atau menguatnya nilai tukar rupiah akan sangat bergantung pada apa yang akan terjadi di Hari Jumat nanti, apakah tarif bea impor Tiongkok akan jadi bertambah atau tidak".
Sebelumnya, Pemerintah Tiongkok memang telah mengisyaratkan perlawanannya terhadap Amerika. Terkait ancaman pengenaan tarif untuk produk Tiongkok senilai US$ 200 miliar (sekitar Rp 2.800 triliun) atau meningkat menjadi 25% dari 10% pada Jumat (10/5), Tiongkok nampaknya tak mau tinggal diam. Hal inilah yang menjadikan perang dagang semakin memanas dan berdampak bagi perekonomian seluruh dunia.