Terpukul Perang Dagang, Rupiah Kian Lemah Dekati 14.500 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah kembali mendekati kisaran Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan di pasar spot, Senin (13/5). Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah berada di level Rp 14.423 per dolar AS atau melemah 0,67% dari sebelumnya Rp 14.327 per dolar AS. Sebelum penutupan, rupiah juga sempat menyentuh posisi 14.440 per dolar AS.
Melemahnya nilai tukar rupiah seiring dengan meningkatnya tensi perang dagang antara Negeri Paman Sam, AS dan Negeri Tirai Bambu, Tiongkok, selama satu pekan terakhir.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan perang dagang menguntungkan bagi dolar AS sehingga sejumlah mata uang Asia melemah. Selain itu, yen Jepang juga menguat lantaran aliran modal beralih ke negara Sakura tersebut.
Namun, besaran depresiasi mata uang Asia juga akan bergantung pada kondisi domestik. "Di domestik, pergerakan rupiah sudah jenuh beli bagi dolar AS sehingga over bought," kata dia kepada Katadata.co.id.
(Baca: Rupiah Kian Lemah, Investor Tunggu Keputusan Perang Dagang AS-Tiongkok)
Oleh karena itu, investor masih menanti sejumlah data domestik yang diharapkan positif, seperti neraca dagang maupun pengumuman bunga acuan Bank Indonesia (BI). Bila data tersebut sesuai harapan, penguatan dolar diperkirakan terbatas.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor juga melepas asetnya di pasar saham dan obligasi. Mengacu pada RTI, investor melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 2,9 triliun dalam sepekan. Sementara berdasarkan data Kementerian Keuangan, investor asing tercatat keluar sebesar Rp 670 miliar dalam sepekan.
Rupiah melemah bersama sejumlah mata uang Asia lainnya. Won Korea Selatan tercatat melemah 0,86%, yuan Tiongkok 0,64%, dan rupee India 0,59%. Kemudian, dolar Taiwan 0,38%, baht Thailand 0,34%, serta peso Filipina dan ringgit Malaysia masing-masing sebesar 0,35% dan 0,19%.
Di sisi lain, dolar AS tercatat stabil selama sepekan ini. Hal ini terpantau dari indeks DXY yang menunjukkan perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara mitra dagang utamanya. Index DXY berada di kisaran 97 sepanjang Mei ini. Di sisi lain, yen Jepang menguat 0,26% terhadap dolar AS.
Pelemahan mata uang Asia terjadi seiring dengan pengenaan tarif impor oleh AS kepada Tiongkok. Negeri Paman Sam telah menaikkan tarif impor menjadi 25% dari sebelumnya 10% untuk produk dari Tiongkok senilai US$ 200 miliar. Tidak hanya itu, AS tengah menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk menaikkan tarif terhadap US$ 325 miliar produk asal Tiongkok yang selama ini belum terkena dampak perang tarif.
(Baca: Ancaman Perang Dagang Amerika yang Memicu Resesi Ekonomi Dunia)