Tiongkok Isyaratkan Balas Tarif AS, Perang Dagang Berpotensi Berlanjut

Image title
Oleh Ekarina
9 Mei 2019, 13:00
perang dagang AS-Tiongkok
Aktifitas bongkar muat kontainer di PT Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Seteru dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin memanas. Pemerintah Negeri Tirai Bambu mengisyaratkan perlawanannya terhadap Amerika terkait ancaman pengenaan tarif untuk produk Tiongkok senilai US$ 200 miliar (sekitar Rp 2.800 triliun) atau meningkat menjadi 25% dari 10% pada Jumat esok (9/5).

Presiden AS Trump dalam kicauannya di Twitter  mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati mempertahankan tarif pada ekspor Tiongkok dibanding membuat kesepakatan yang buruk, menyiapkan panggung untuk putaran negosiasi antara kedua negara yang dijadwalkan berlangsung pada hari ini.

Advertisement

komentar Trump, langsung direspons Kementerian Perdagangan Tiongkok.  Mengutip laman The New York Times, mereka menyatakan pihaknya siap melakukan retaliasi sekali lagi terhadap perusahaan Amerika dan produk-produknya dengan tindakan balasannya sendiri.

Negosiator Tiongkok yang di antaranya terdiri dari Wakil Perdana Menteri Liu He, pejabat ekonomi utama Tiongkok dan orang kepercayaan dekat Presiden Xi Jinping sedang menuju ke Washington untuk mencoba menyelamatkan perjanjian perdagangan yang kembali berantakan, setelah melalui pembahasan selama berbulan-bulan.

Namun ada kesenjangan signifikan antara kedua negara. Trump menyarankan pihaknya segera mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang Tiongkok pada Jumat pagi serta membuka kemungkinan terjadinya perseteruan panjang ke depan.

"Alasan mundurnya Tiongkok serta upaya negosiasi ulang dari Kesepakatan Perdagangan adalah sebuah HARAPAN bahwa mereka menginginkan "negosiasi" dengan Joe Biden atau salah satu (politisi) Demokrat yang sangat lemah, dan dengan demikian terus menipu Amerika Serikat ((US$ 500 Miliar) satu tahun)) pada beberapa tahun mendatang," tulis Trump dalam akun Twitter miliknya, Rabu (8/5).

Trump juga menambahkan pernyataan lain yang kontroversial dalam cuitannya dan coba memprovokasi Tiongkok. “Coba tebak, itu tidak akan terjadi! Tiongkok baru saja memberi tahu kami bahwa mereka (Wakil Perdana Menteri) sekarang datang ke AS untuk membuat kesepakatan. Kita lihat, tapi saya sangat senang dengan lebih dari US$ 100 Miliar per tahun akan mengisi kas AS. Yang hal ini baik  untuk AS, namun tidak untuk Tiongkok!," tambahnya.

Sebelumnya, Rabu pagi kemarin perwakilan perdagangan Amerika Serikat mengumumkan ke publik perihal rencana pengenaan tarif sekitar US$ 200 miliar untuk produk Tiongkok sejalan dengan tiadanya kemajuan dalam putaran negosiasi sejak Maret 2019. "Itu akan menjadiikan seluruh barang-barang Tiongkok terkena tarif senilai US$ 250 miliar dengan pengenaan pungutan hingga 25%.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan Tiongkok menanggapi rencana kebijakan AS, menyatakan meningkatnya eskalalasi perdagangan bukan keinginan masyarakat kedua negara ataupun masyarakat dunia. "Pihak Tiongkok sangat menyesalkan jika langkah kebijakan tarif AS diterapkan. Tiongkok harus mengambil tindakan balasan bila diperlukan," ujar Kementerian Perdagangan Tiongkok dalam pernyataannya.

Pernyataan kebijakan tarif AS mengejutkan kalangan usaha dan investor. Mereka berharap keduanya segera memperbaiki hubungan dagang pekan ini.

Bursa saham di sejumlah negara sempat jatuh pada Selasa kemarin dan kembali menguat pada Rabu ketika Trump mengkonfirmasi perihal kedatangan delegasi Tiongkok ke AS guna melanjutkan pembicaraan dagang.

Selain pasar saham, kebijakan kenaikan tarif AS bakal berefek berbagai industri, seperti makanan laut, pupuk hingga tas dan paduan tembaga. Asosiasi industri AS mengatakan anggota mereka tidak yakin apakah tarif benar akan berlaku besok dan sedang mengkaji kemungkinan rencana darurat.

"Ketika AS dan Tiongkok bertarung, tidak ada yang menang. Seperti perputaran pasar tahun lalu, kehilangan kesepakatan dan ikatan diplomatik yang tegang telah membuat sangat jelas," kata Peter Robinson, presiden Dewan Bisnis Internasional Amerika Serikat, yang mewakili perusahaan global.

Selain itu, kebijakan tarif yang dicuatkan Trump dan memanasnya hubungan keduanya, juga menuai keprihatinan Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde. Ketegangan kedua negara dikhawatirkan bisa mengancam perekonomian global.

"Jelas bahwa ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok adalah ancaman bagi ekonomi dunia," ujarnya kepada wartawan dalam sebuah acara di Paris Forum, dikutip dari France24.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement