Antusiasme Empat Bank BUMN Suntik Modal ke LinkAja
Bank pelat merah yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) telah menyiapkan dana untuk menyuntikkan modal kepada PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), perusahaan pengelola layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) pembayaran LinkAja. Masing-masing bank menyiapkan dana dengan nilai yang berbeda.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) pada rencana awal, bakal memegang porsi saham Finarya paling kecil di antara Himbara lainnya. "Untuk sementara, BTN kepemilikannya 7% (pada Finarya) dengan nilainya sebesar Rp 130 miliar," ujar Direktur Utama BTN Maryono ketika ditemui di katornya, Jakarta, Jumat (17/5).
Pada kesempatan yang sama, Direktur BTN Nixon Napitupulu mengatakan, BTN tidak akan langsung menyuntikan modal ke Finarya, tapi melalui perusahaan venture capital. Saat ini, BTN tengah melakukan uji tuntas (due diligence) untuk mengakuisisi perusahaan venture capital yang namanya belum bisa disebutkan.
"Akusisi (ditargetkan selesai) tahun ini lah, mungkin semester kedua. Ini masih terlalu dini untuk bisa deal harga. Kami saat ini masih due diligence dalamnya seperti apa," kata Nixon.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga siap menyuntikan dana kepada anak perusahaannya, PT Mandiri Capital Indonesia. Entitas anak ini yang bakal memegang saham Finarya. Rencana awal, Mandiri bakal memiliki 20% saham Finarya.
"Tahun ini, ada suntikan dana sebesar Rp 500 miliar ke Mandiri Capital. Nantinya mereka (Mandiri Capital) yang akan masuk (memegang saham) ke Finarya," kata Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi di Menara Mandiri, Jakarta, Kamis lalu.
(Baca: BNI Belum Pastikan Besaran Suntikan Modal ke LinkAja)
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyiapkan dana untuk menyuntikan modal ke Finarya senilai Rp 300 miliar. Rencana awalnya, BRI memegang 20% saham Finarya, namun Rabu (15/5) lalu, Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, dana tersebut untuk memegang 19% saham Finarya melalui entitas anaknya, PT BRI Ventura Investama.
Suprajarto mengatakan, sejauh ini besaran porsi saham bank-bank Himbara masih sesuai dengan renacana. "Untuk Himbara, porsi sahamnya sudah jelas. Sepertinya, kami akan sesuai dengan yang direncanakan," kata Suprajarto di kantornya, Jakarta.
Terakhir, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sempat menyebutkan siap menggelontorkan dana cukup besar untuk menyerap 20% saham Finarya. Nilai investasi tersebut akan disetorkan secara bertahap ke Finarya. "Untuk 20% kalau tidak salah hampir Rp 900 miliar," kata Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta di pada sesi paparan kinerja perusahaan 2018 yang diselenggarakan Kantor Pusat BNI, Jakarta, pada Rabu lalu.
BUMN Transportasi Akan Masuk LinkAja
Meski masing-masing anggota Himbara sudah menyiapkan dana, nilai pasti suntikan modal kepada Finarya masih terus dibicarakan. Penyebabnya, porsi kepemilikan saham pada Finarya belum ditentukan. Padahal, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebelumnya sudah menjatah besaran porsi saham itu ke beberapa BUMN. Namun, tampaknya hal itu akan berubah.
Berdasarkan rencana awal, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) melalui anak usahanya, PT Telkomsel, bakal memiliki 25% saham Finarya. Lalu, Bak Mandiri, BNI, dan BRI masing-masing memegang 20% saham. Sedangkan BTN dan PT Pertamina (Persero) masing-masing memegang 7%. Terakhir PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menguasai 1%.
Rencana perubahan porsi saham dari rencana awal karena Kementerian bakal memasukkan BUMN lain sebagai pemegang saham Finarya, khususnya BUMN transportasi. BUMN yang digadang-gadang bakal berpartisipasi memegang saham yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) alias KAI.
Bahkan, Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, ke depan saham Finarya bakal dibagi-bagi lagi ke BUMN lain seperti PT ASDP Indonesia Ferry dan Perusahaan Umum Damri (Perum Damri). "(Perusahaan) yang lebih ke angkutan. Mungkin, BUMN lain yang ingin memanfaatkan benefit dari LinkAja. Rencananya bisa dibagi sahamnya meski porsinya relatif kecil," kata Suprajarto Rabu (15/5) lalu.
Kedatangan peserta baru dalam pemegang saham Finarya disambut positif oleh Direktur Utama BNI Achmad Baiquni. Dia mengatakan, perkembangan LinkAja sangat menggembirakan karena potensinya sangat besar. "Transaksi uang elektronik di jalan tol mencapai empat juta transaksi, sedangkan di commuter line mencapai satu juta transaksi per hari," kata Baiquni di kantornya, Jakarta, Senin (13/5).
(Baca: Belum Ada Dompet Elektronik, Peluncuran LinkAja Kembali Ditunda)
Karena potensi tersebut, Baiquni mengatakan dua perusahaan yang mengelola jalan tol dan angkutan kereta api, termasuk commuter line, tertarik untuk bergabung ke Finarya. Jika mereka bergabung, Baiquni menilai, transaksi di LinkAja akan semakin besar dengan melihat potensi transaksi per harinya tersebut.
Namun, pihak KAI sendiri belum menyiapkan dana khusus untuk menyuntikan modal ke Finarya. Direktur Utama KAI Edi Sukmoro menjelaskan, belum adanya pembicaraan soal besaran penyertaan modal karena sampai saat ini juga belum ditentukan besaran saham yang akan menjadi porsi KAI.
Menurut Edi, keputusan soal besaran saham yang bakal dimiliki oleh KAI pada Finarya berada di Kementerian selaku pemegang saham KAI. "Jadi, nanti kami diundang untuk ikut berpartisipasi di LinkAja," ujarnya.
Meski belum dibicaran soal kepemilikan saham, Edi memastikan KAI bakal menggunakan platform LinkAja, karena banyak integrasi yang bisa dilakukan dengan dengan BUMN lain, terutama untuk anak usahnya PT Kereta Commuter Indonesia. "Pasti kerja sama antara BUMN yang sifatnya sinergi ini kami dukung," katanya.
Saat ini, LinkAja masih dalam proses perizinan ke Bank Indonesia (BI) untuk menyediakan beberapa layanan. Izin yang diajukan fintech pembayaran ini seperti penyedia layanan uang elektronik (e-money), dompet elektronik (e-wallet), lembaga keuangan digital, dan transfer dana.