Jadi Jutawan Muda dengan Bertani

Image title
Oleh - Tim Publikasi Katadata
20 Mei 2019, 10:26
Kementan
Kementerian Pertanian

Gowa - Sejumlah anak muda yang terjun ke sektor pertanian berhasil membuktikan sektor pertanian ternyata bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.  Mardiana misalnya, salah satu agropreneur komoditas jamur tiram asal Maros, Sulawesi Selatan. Mardiana menyebutkan saat ini bisnis budidaya dan pengolahan jamurnya sudah menghasilkan omzet 90 hingga 120 juta rupiah setiap bulannya.

 

“Padahal awalnya modal saya cuma satu juta rupiah,” ungkapnya saat menjadi pembicara Bincang Asyik Pertanian (Bakpia) di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa, Jumat (17/5). 

 

Usaha Mardiana sudah berlangsung selama sembilan tahun. Tiga tahun pertama, ia sempat kesulitan menembus pasar Makassar. Bagi mayoritas masyarakat Makassar saat itu, jamur masih identik dengan racun. Namun, Mardiana tak pantang menyerah. Ia yakin potensi untuk mengembangkan pasar jamur di Makassar masih sangat besar. Apalagi jamur sudah menjadi komoditas populer di Jawa dan Bali. Maka pada tiga tahun pertama Mardiana fokus untuk membangun pasar bagi produknya.

 

Usahanya berbuah manis. Lima tahun terakhir, permintaan jamur Mardiana justru membludak. “Saat ini produksi kami dua hingga tiga ton per bulan. Itu pun belum bisa memenuhi permintaan pasar. Padahal kami sudah bermitra dengan 30 petani. Jadi peluang untuk meningkatkan kapasitas bisnis masih sangat terbuka,” tuturnya. 

 

Agropreneur asal Makassar lainnya, Ariesman juga membuktikan pertanian bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. CV Akar Hidroponik yang digerakkannya juga bisa menghasilkan keuntungan yang menggiurkan. 

 

“Kami sekarang ini sudah bisa memproduksi  20 hingga 30 kilogram setiap bulan. Setidaknya ada 13 jenis sayuran yang kami produksi,” jelasnya. 

 

Awal mula Ariesman tertarik berbisnis sayuran hidroponik karena ia melihat adanya kebutuhan akan sayur yang sehat dan aman dikonsumsi. Padahal belum banyak pelaku usaha pertanian yang bergerak di usaha sayuran hidroponik.

 

Setelah menjalani usaha hidroponik, Ariesman melihat peluang untuk melakukan diversifikasi usaha. “ Ada kesempatan untuk megembangkan pertanian hidroponik kami sebagai agrowisata,” sebut Ariesman. 

 

Ide untuk membuka agrowisata terbersit ketika Ariesman melihat kecenderungan warga kota yang senang menghabiskan waktu akhir pekan di pedesaan. Saat ini, Ariesman juga membuka pelatihan bagi masyarakat umum yang tertarik mempelajari teknik budidaya hidroponik. Pesertanya sangat beragam, dari orang tua hingga siswa taman kanak-kanak. 

 

Menumbuhkan Minat Anak Muda Terjun Ke Sektor Pertanian

 

Wirausaha yang dijalankan Mardiana dan Ariesman mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pertanian (Kementan). Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri yang turut hadir sebagai pembicara dalam kegiatan Bakpia menekankan wirausaha yang digerakkan oleh Mardiana, Ariesman, dan para agropreneur muda lainnya, berperan penting dalam keberhasilan pembangunan pertanian. 

 

“Saat ini banyak anak muda yang bergelut di sektor pertanian. Anak muda ini berbeda dengan para petani senior karena mereka lebih adaptif terhadap teknologi dan responsif menghadapi perubahan,” papar Boga. Menurutnya Indonesia membutuhkan para petani yang adaptif inovasi karena inovasi dan teknologi dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.  Karena itu, pemerintah akan terus menjalankan komitmennya untuk membekali anak muda yang turun ke sektor pertanian,

 

Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) juga menggiatkan program Penumbuhan dan Penguatan Petani Milenial. Program ini ditujukan untuk menumbuhkembangkan minat generasi milenial untuk berwirausaha di sektor pertanian. 

 

“Lewat program Petani Milenial, kami menyalurkan bantuan sarana prasana pertanian, sekaligus memberikan bimbingan dan pendampingan kepada para petani milenial,” lanjut Boga. 

 

Pelaksanaan program berlangsung mulai dari Aceh sampai ke Papua, yang diidentifikasi dan dikategorikan sesuai zona kawasan jenis komoditas pertaniannya, yaitu dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Setiap zona mendapatkan jenis bantuan yang berbeda. Untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, kelompok tani milenial akan mendapat bantuan benih. Sementara peternakan mendapatkan bantuan ternak, seperti sapi, kambing, dan ayam. 

 

Langkah pemerintah dalam menggiatkan program Petani Milenial dinilai penting oleh Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) Muhammad Riyada. Menurutnya, masih banyak anak muda yang berpikir sektor pertanian belum menjanjikan sebagai lahan mata pencaharian. 

 

“Gempita bergerak ke seluruh penjuru Indonesia dan menemukan ada anak-anak muda yang berhasil menciptakan alat mesin pertanian. Ada juga bergerak untuk memberikan nilai tambah usaha para petani konvensional,” jelasnya.

Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...