Dua Dekade Operasional Smelter Tembaga Pertama Indonesia

Image title
30 Juni 2019, 15:07
smelter gresik milik PT Smelting
Wahyu Dwi Jayanti | KATADATA
Suasana pabrik pemurni tembaga PT Smelting, Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019)

Akhir Mei lalu tepat 20 tahun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga pertama Indonesia beroperasi secara komersial. smelter milik PT Smelting ini memproses konsentrat tembaga dari PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Produk utamanya berupa tembaga murni atau cathode copper untuk bahan baku kawat, kabel, dan tabung.

PT Smelting berdiri pada 1996. Sebanyak 60,5% saham perusahaan ini dipegang oleh Mitsubishi Materials Corporation. Sedangkan sisanya, sebesar 25% dipegang Freeport, 9,5% Mitsubishi Corporation Unimateal Ltd, dan 5,0% Nippon Mining Metals Co. Ltd. Perusahaan menggelontorkan US$ 500 juta untuk pembangunan pabrik.

Dalam dua dekade, perusahaan telah menambah fasilitas produksi sehingga kapasitas meningkat dari awalnya mampu memproduksi 200 ribu ton menjadi 300 ribu ton tembaga murni per tahun. Sebanyak 40-50% produk disalurkan untuk industri domestik, sedangkan sisanya untuk diekspor ke negara Asia, seperti Thailand dan Vietnam.

Pekan lalu, Katadata.co.id mendapat kesempatan untuk mengunjungi pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 28,5 hektare, di Gresik, Jawa Timur tersebut. Kapal besar pengangkut konsentrat tembaga tampak berlabuh di pingiran dermaga milik PT Smelting, sekitar 20 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Perak. Dermaga ini dirancang untuk menerima kapal seberat 35 ribu ton.

Senior Manager Teknikal PT Smelting Bouman T Situmorang mengatakan, perusahaan menargetkan pasokan 1,1 juta ton konsentrat tembaga, tahun ini. “1 juta ton dari Freeport dan 100 ribu ton dari Amman,” kata dia saat ditemui di pabrik PT Smelting, Kamis (20/6). Konsentrat tembaga tersebut akan diproses menjadi 247 ribu ton tembaga murni.

(Baca: Freeport Targetkan Konstruksi Smelter di Gresik Dimulai Tahun Depan)

Adapun pasokan konsentrat tembaga dari Amman penting untuk mengimbangi konsentrat tembaga dari Freeport yang memiliki kadar limbah tinggi. "Limbah dari Freeport tinggi, jadi harus blending. Kami cari konsentrat yang bersih yaitu Amman," ujarnya. Hingga Mei lalu, produksi tembaga murni tercatat baru sebesar 96 ribu ton.

Selain tembaga murni, perusahaan memproduksi produk samping. Produk ini hasil pengolahan dari limbah bernilai tambah. Produk samping tersebut berupa asam sulfat yang berguna untuk bahan baku pupuk, lumpur anoda untuk memurnikan emas dan perak, tembaga telurida untuk pelapis kacamata dan pembangkit listrik tenaga surya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...