Perang Dagang, Yuan Melemah ke Level Terendah dalam 11 Tahun Terakhir

Agustiyanti
26 Agustus 2019, 11:21
yuan melemah, yuan, perang dagang
123RF.com/Nat Bowornphatnon
Di pasar onshore, yuan pada perdagangan hari ini melemah ke level 7,15 per dolar, terendah sejak Februari 2008.

Yuan Tiongkok melemah hingga ke level terendah dalam 11 tahun terakhir pada perdagangan di pasar onshore dan jatuh ke rekor terendah di pasar offshore. Pelemahan yuan terjadi seiring kembali memanasnya perang dagang antara AS dan Tiongkok yang menghancurkan kepercayaan investor dan membuat prospek ekonomi global makin suram.

Sementara yen, yang biasanya dibeli di tengah ketidakpastian sebagai aset aman, melemah terhadap dolar AS akibat aksi penjualan dolar oleh importir. Namun, yen tetap menguat terhadap mata uang lain yang mengindikasikan berkurangnya selera investor dalam memegang aset berisiko.

Harga emas melonjak, sedangkan imbal hasil surat berharga (treasury) AS mencapai level terendah sejak Juli 2016 karena investor berpindah pada aset yang lebih aman.

Pasar keuangan bakal bergejolak dalam jangka panjang jika investor terus memindahkan uangnya dari pada saham ke aset yang memiliki risiko lebih rendah, seperti surat utang, emas, dan mata uang yang tergolong aset aman.

"Ekonomi Tiongkok melambat, sehingga yuan terus melemah hingga otoritas mengambil langkah untuk menghentikannya," ujar Takuya Lamda, General Manager Departemen Riset pada Gaitame.com, sebuah lembaga riset di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters, Senin (26/8).

(Baca: Perang Dagang jadi Tantangan Pemerintahan Berikutnya )

Ia menjelaskan dolar yang dibeli oleh importir Jepang mengangkat posisi dolar dari posisi terendahnya terhadap yen. Namun, ia menilai sebenarnya tak ada alasan untuk membeli dolar, sehingga yen akan terus menguat.

Di pasar onshore, yuan melemah ke level 7,15 per dolar, terendah sejak Februari 2008. Sedangkan di pasar offshore, yuan turun ke level 7,185 per dolar, terlemah sejak perdagangan internasional dimulai pada 2010.

Harga emas menanjak 1,2% ke level US$ 1.548,93 per ons, mendekati harga tertinggi sejak April 2013.

Pasar saham AS bergejolak pada penutupan akhir pekan lalu ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan peningkatan pajak 5% pada barang Tiongkok senilai US$ 550 miliar. Beberapa jam kemudian, Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif pada barang AS senilai US$ 75 miliar.

Pada pertemuan G7 di Prancis sepanjang akhir pekan lalu, Trump menyebabkan kebingungan pada pelaku pasar dengan mengindikasikan memiliki pertimbangan lain terkait tarif.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...