AS Wacanakan Pelonggaran Sanksi terhadap Iran, Harga Minyak Turun 2%
Harga minyak anjlok lebih dari 2% pada perdagangan Kamis (12/9). Penurunan terjadi seiring wacana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Iran, sehingga meningkatkan kekhawatiran berlebihnya pasokan minyak global.
Mengutip Bloomberg, Trump sedang mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Iran untuk mengatur pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani akhir bulan ini. Hal ini sempat ditentang mantan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, menurut sebuah sumber.
Sementara menurut data Reuters, harga minyak mentah berjangka jenis Brent turun US$ 1,57, atau 2,5% ke level US$ 60,81 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,65, atau 2,9% untuk mengakhiri sesi perdagangan di level US$ 55,75 per barel.
(Baca: Harga Minyak Jatuh, Terdampak Spekulasi Peningkatan Ekspor Minyak Iran)
Adapun kepergian Bolton dinilai turut menghilangkan dukungan sanksi keras AS terhadap Iran.
"Alasan pasar bereaksi secara dramatis adalah bahwa salah satu faktor terbesar di pasar adalah kemungkinan masuknya kembali minyak Iran," kata Seorang analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.
Menurutnya, pasar menyadari besarnya dampak yang ditimbulkan ketika akhir tahun Trump memberikan keringanan kepada importir minyak Iran.
"Kepergian Bolton menunjukkan bahwa ada kemungkinan pasar kembali ke titik itu pada akhir tahun," ujar Flynn.
(Baca: Harga Minyak Menguat 2% Dipicu Rencana Pemangkasan Produksi Arab Saudi)
Media Pemerintah Iran melaporkan, pihaknya tidak akan bernegosiasi dengan AS jika sanksi terhadap Teheran masih diberlakukan oleh Washington. Hal itu disampaikan oleh Rouhani kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui telepon pada Rabu (11/9).
Analis minyak UBS Giovanni Staunovo mengatakan, harga minyak turun di tengah kekhawatiran pelonggaran sikap AS terhadap Iran. Ini dapat mengganggu minyak Iran kembali ke pasar jika sanksi AS terhadap Iran berkurang.
"Hasil ini akan membuat target OPEC + untuk menjaga keseimbangan pasar minyak menjadi lebih menantang pada 2020." ujar Giovani
Harga naik awal pekan ini sempat menanjak, setelah Pangeran Abdulaziz bin Salman, menteri energi baru Arab Saudi, mengatakan untuk menjaga produksi minyak dan mempertahankan komitmen kesepakan OPEC +.