Iran Bantah Jadi Dalang Serangan ke Kilang Minyak Milik Arab Saudi

Happy Fajrian
16 September 2019, 09:25
serangan kilang minyak arab, iran bantah, as tuduh iran, kilang minyak saudi aramco
KATADATA
Ilustrasi kilang minyak. Kilang minyak terbesar di Arab Saudi milik Saudi Aramco diserang oleh pemberontak Houthi asal Yaman. Serangan tersebut menyebabkan Arab Saudi kehilangan produksi minyaknya lebih dari separuh atau sekitar 5,7 juta barel per hari.

Pemerintah Iran membantah tuduhan Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bahwa Iran menjadi dalang atas serangan terhadap fasilitas kilang minyak milik perusahaan energi Arab Saudi, Saudi Aramco. Iran pun menyatakan siap berperang dengan AS.

Kelompok pemberontak Houthi asal Yaman sebenarnya sudah menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut yang melenyapkan lebih dari separuh produksi minyak Arab Saudi. Namun, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyatakan bahwa serangan tersebut didalangi oleh Iran yang merupakan sekutu dari kelompok Houthi.

Menurut Pompeo, tidak ada bukti yang menunjukkan serangan tersebut berasal dari Yaman. Dia menuding Iran telah melancarkan ‘serangan tidak terduga terhadap negara pemasok energi dunia tersebut’. Pasalnya, srangan tersebut akibat serangan tersebut, 5% supply minyak dunia terganggu dan harga minyak dunia langsung melejit hingga 15%.

“Di tengah permintaan dunia untuk melakukan de-eskalasi (konflik), Iran malah melakukan serangan tak terduga terhadap persediaan minyak dunia,” kata Pompeo dilansir dari Reuters, Senin (16/9).

(Baca: Drone Pemberontak Yaman Serang Kilang Minyak)

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri iran Abbas Mousavi membantah tuduhan AS tersebut. Seorang komandan senior Pengawal Revolusi Iran menyatakan bahwa Iran siap untuk berperang  dengan AS dan memperingatkan bahwa aset-aset militer AS berada dalam jangkauan peluru-peluru kendali milik Iran.

"Semua pangkalan militer AS dan kapal-kapal induk mereka yang berada dalam jarak 2.000 kilometer sekitar Iran berada dalam jangkauan peluru-peluru kendali kami," kata Kepala Korps Pasukan Antariksa Pengawal Revolusi Amirali Hajjzadeh.

Perusahaan pemilik kilang minyak yang diserang tersebut, Saudi Aramco, menyatakan bahwa serangan tersebut mengurangi produksi harian minyak sebanyak 5,7 juta barel, atau lebih 5% dari pasokan minyak mentah dunia. Serangan tersebut dipastikan akan mengganggu rencana Saudi Aramco yang berniat go public pada 2020 atau 2021.

Perusahaan minyak Arab Saudi tersebut pun tidak dapat memastikan kapan produksi minyaknya akan kembali normal. Namun sumber internal mengatakan kepada Reuters bahwa akan dibutuhkan waktu beberapa pekan untuk mengembalikan produksi Saudi Aramco ke kapasitas produksi penuhnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...