Fajrin Ungkap Fokus Bukalapak Pasca Disuntik Modal Investor Korea
Perusahaan marketplace Bukalapak baru saja mendapatkan pendanaan segar dari anak usaha bank asal Korea Selatan, Shinhan GIB. Dengan latar belakang Shinhan di sektor keuangan, muncul pertanyaan: apakah Bukalapak ke depan juga akan merambah ke layanan keuangan berbasiskan teknologi (fintech)?
Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid menyatakan, kehadiran investor baru tidak akan mengubah strategi maupun rencana bisnis Bukalapak. Saat ini, unicorn tersebut tengah fokus mencapai pertumbuhan berkelanjutan dalam bisnis dan keuntungannya. Langkah ini ditempuh agar Bukalapak mampu mengembangkan bisnisnya secara sehat.
Sebelumnya, manajemen Bukalapak memang mengungkapkan strategi perusahaan yang tidak hanya mengejar pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) namun juga membangun bisnis ke tahap lebih jauh. Perusahaan ingin menjadi sustainability e-commerce atau e-commerce yang menghasilkan keuntungan.
(Baca juga: PHK Karyawan, Bukalapak Ingin Jadi Unicorn Pertama yang Cetak Untung)
Demi meraih pertumbuhan dan keuntungan sekaligus balik modal investasi di masa depan, Bukalapak tengah melakukan sejumlah langkah, di antaranya fokus pada inti bisnisnya, restrukturisasi unit, termasuk sumber daya manusia (SDM). Menurut Fajrin, strategi perusahaan untuk fokus ke bisnis inti tersebut juga didukung oleh Shinhan. Meskipun dengan masuknya investor baru saat ini, Bukalapak sebenarnya punya banyak dana untuk melakukan ekspansi bisnis.
"Kami akan tetap fokus. Ini didukung oleh investor lama, maupun investor baru kami," kata Fajrin kepada Katadata.co.id di Batam, akhir pekan lalu.
Di sisi lain, lazimnya dalam sebuah kerja sama investasi maka akan ditindaklanjuti dengan sinergi bisnis si investor baru dengan perusahaan tersebut. "Dalam kerja sama investasi, kita juga melihat yang bisa dibawa oleh investor itu apa," katanya.
Jadi, dengan latar belakang Shinhan yang bergerak di sektor keuangan, maka tak menutup kemungkinan juga akan berdampak ke Bukalapak. Namun, Fajrin mengaku belum ada pembicaraan ke arah kemungkinan tersebut. "Kami belum membicarakan, apakah ke depan akan ada model kerjasama lain."
(Baca juga: Meski ada PHK, Bukalapak Tetap Rekrut Karyawan Baru)
Terkait dengan kehadiran investor baru di Bukalapak, Fajrin mengungkapkan, proses penjajakan dan negosiasinya tidak berlangsung lama dan berjalan lancar. Apalagi, investor lama Bukalapak juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan terbaru tersebut. "ini menunjukkan investor lama memiliki kepercayaan kepada Bukalapak," ujarnya.
Pada Jumat lalu (4/9), Bukalapak telah mengumumkan masuknya investasi baru dari Shinhan GIB. Ini merupakan bagian dari putaran pendanaan Seri F, dan Bukalapak mengklaim valuasinya saat ini sudha tembus US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun.
Shinhan GIB adalah unit perbankan investasi terintegrasi dari Shinhan Financial Group (SFG) dari Korea Selatan. SFG adalah grup finansial dengan total aset US$ 413 miliar dan nilai kapitalisasi pasar US$ 19 miliar. SFG mengelola portofolio bisnis yang seimbang. Di antaranya bank komersial, bank investasi, permodalan, asuransi, kartu kredit, dan lainnya.
Selain Shinhan GIB, investor terdahulu Bukalapak yakni Emtek juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan Seri F tersebut. Sebelumnya, Bukalapak telah mengantongi suntikan pendanaan dari berbagai sumber seperti Ant Financial, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, GIC dan Grup Emtek.
Dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 27 Mei 2019, PT Kreatif Media Karya (KMK) tercatat memiliki 35,17% saham Bukalapak. Sebanyak 99,9% saham KMK dimiliki oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek).