Google Bocorkan Siasat Lazada hingga Bukalapak Gaet Pasar di Regional

Desy Setyowati
8 Oktober 2019, 19:11
Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 mengungkapkan, , tingkat keterlibatan konsumen berbanding lurus dengan monetisasi di e-commerce. Untuk itu, perusahaan seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak hingga Shopee ramai-ramai menyediakan
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 mengungkapkan, , tingkat keterlibatan konsumen berbanding lurus dengan monetisasi di e-commerce. Untuk itu, perusahaan seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak hingga Shopee ramai-ramai menyediakan fitur hiburan.

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 mengungkapkan, tingkat keterlibatan konsumen berbanding lurus dengan monetisasi di e-commerce. Untuk itu, perusahaan seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak hingga Shopee bersaing meningkatkan waktu kunjungan pengguna di platform mereka.

Berdasarkan laporan tersebut, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) e-commerce diproyeksi mencapai US$ 38 miliar pada tahun ini. Nilainya diperkirakan naik 39% menjadi US$ 153 miliar pada 2025.

Advertisement

GMV di e-commerce ini merupakan yang tertinggi dibanding berbagi tumpangan (ride hailing), online media, ataupun online travel. “Banyaknya pesta diskon seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan inovasi lain menarik orang berkunjung ke platform e-commerce,” kata Managing Director Google Indonesia Randy Mandrawan Jusuf di kantornya, Jakarta, kemarin (7/10).

Inovasi yang dilakukan seperti menyediakan fitur gim online, siaran langsung (live streaming) hingga menyerupai media sosial. “Pemain di industri ini pakai aplikasi untuk engage konsumen,” kata dia.

(Baca: Gaet Konsumen, E-commerce Rilis Fitur Hiburan hingga Bursa Produk Asli)

Selain itu, perusahaan e-commerce mulai menyediakan platform khusus menjual produk milik pemegang merek (brand). Contoh platform khusus ini adalah Shopee Mall, LazMall, BukaMall, Halal Mall di Tokopedia, dan lainnya.

Seller development yang membedakan kuat dan tidak kuat. Kan maunya barang terpercaya, banyak pemain di e-commerce mau barang bagus ada di platform mereka,” kata Randy.

Dalam upaya mendorong keterlibatan pengguna di platform mereka, e-commerce pun masuk ke layanan-layanan baru. “Dan, mulai ada monetisasi dengan coba layanan baru, seperti periklanan. Peluangnya besar,” kata dia.

Pada 2015 misalnya, e-commerce di Asia Tenggara hanya menjalankan bisnis intinya. Tahun ini, beberapa e-commerce mulai merambah pesan-antar makanan, streaming, gim, konten berita, periklanan, perjalanan wisata (travel), dan keuangan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement