Impor dari Tiongkok Tinggi, Neraca Dagang Nonmigas RI Defisit US$ 14 M
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap Tiongkok pada September 2019 masih mengalami defisit sebesar US$ 1,47 miliar. Dengan demikian, secara kumulatif dari Januari hingga September 2019, neraca perdagangan Indonesia terhadap Tiongkok defisit US$ 13,99 miliar.
"Terhadap AS kita surplus, India dan Belanda juga. Tetapi dengan Australia, Thailand dan Tiongkok kita defisit," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Selasa (15/10).
Berdasarkan data BPS, nilai defisit neraca perdagangan nonmigas dengan Tiongkok tersebut meningkat jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 13,95 miliar. Defisit terjadi karena nilai impor Indonesia dari Tiongkok masih lebih besar dari nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
(Baca: Ekspor Makin Loyo, Neraca Dagang September Defisit US$ 160 Juta)
Pada periode Januari-September 2019, nilai impor nonmigas dari Tiongkok menurut 10 harmonized system dua digit terbesar tercatat US$ 32,34 miliar. Sedangkan ekspor ke Tiongkok hanya bernilai US$ 18,35 miliar.
Komoditas impor yang mengalami kenaikan terbesar yakni komoditas perabot dan penerangan rumah. Impor komoditas ini sebesar US$ 644,81 juta pada Januari-September 2019, tumbuh 32,51% dari periode sama tahun lalu US$ 486,60 juta.
Selain perabot, komoditas impor dari Tiongkok yang mengalami pertumbuhan pesat yakni mesin-mesin dan pesawat mekanik. Impor komoditas ini tercatat senilai US$ 7,78 miliar naik 12,69% dari periode sama tahun lalu US$ 6,9 miliar.
Komoditas kendaraan dan bagiannya juga tumbuh pesat. Impor komoditas ini tercatat sebesar US$ 783,82 juta, naik 6,79% dari periode sama tahun lalu US$ 734,02 juta.