Ratusan Ribu Buruh Terancam PHK, Serikat Pekerja Usulkan 8 Solusi

Image title
25 Maret 2020, 10:30
Ilustrasi, aktivitas pekerja pabrik. Presiden KSPI Said Iqbal mengingatkan pemerintah, bahwa PHK massal bisa terjadi apabila pemerintah tidak merespon cepat kesulitan yang dialami industri akibat pandemi corona.
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, aktivitas pekerja pabrik. Presiden KSPI Said Iqbal mengingatkan pemerintah, bahwa PHK massal bisa terjadi apabila pemerintah tidak merespon cepat kesulitan yang dialami industri akibat pandemi corona.

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mengatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal berpotensi terjadi, apabila pemerintah tidak merespons situasi sulit yang dialami industri.

Dalam siaran pers KSPI, Rabu (25/3), Presiden KSPI Said Iqbal mengingatkan, potensi PHK bisa dialami oleh puluhan bahkan ratusan ribu pekerja, karena kondisi saat ini sudah mendekati darurat PHK.

Ia menjelaskan, ada empat kondisi yang membuat KSPI memperingatkan adanya bahaya PHK massal. Pertama, ketersediaan bahan baku yang mulai menipis, khususnya yang berasal dari impor.

Industri yang akan terpukul menurutnya adalah, industri padat karya, seperti tekstil, sepatu, garment, makanan, minuman, komponen elektronik, hingga komponen otomotif. Karena bahan baku berkurang, maka produksi akan menurun, yang kemudian akan diikuti dengan PHK.

“Karena itu, sebaiknya perusahaan segera meliburkan para pekerjanya untuk mengurangi biaya produksi, seperti biaya listrik, gas, transportasi, dan maintenance,” kata Said Iqbal dalam siaran pers, Rabu (25/3).

(Baca: Membedah 7 Skenario Ekonomi dan Potensi Resesi Akibat Virus Corona)

Kedua, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang membuat industri terbebani biaya produksi yang tinggi. Terutama, perusahaan yang bahan baku produksinya masih bergantung dari impor.

“Ditambah dengan daya beli masyarakat yang menurun tajam, perusahaan akan kesulitan menaikkan harga jual. Ini akan membuat perusahaan rugi yang mengancam kelangsungan pekerjaan,” kata Iqbal.

Ketiga, penurunan kunjungan wisatawan ke Indonesia, yang langsung berpengaruh pada kepastian bekerja dalam industri ini.

Keempat, anjloknya harga minyak, yang berpotensi menurunkan pendapatan Indonesia dari ekspor minyak. Sebagai catatan, harga minyak mentah dunia jatuh ke level US$ 30 per barel, jauh dari asumsi harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) dalam APBN 2020, yakni US$ 63 per barel.

“Situasi ini menyebabkan APBN tidak terealiasi. Dampak lebih lanjut, karena pendapatan negara bekurang, maka bantuan sosisal akan kurang. Bisa jadi, biaya menanggulangi corona pun akan berkurang. Ketika bantuan sosial dan profit perusahaan berkurang, sementara PHK besar-besaran di depan mata, nasib buruh akan semakin terpuruk,” kata Said Iqbal.

(Baca: Jaga Daya Beli Masyarakat, Jokowi Rilis Sembilan Kebijakan Bantuan)

Halaman:
Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...