Masih Diiringi Sentimen Negatif, Analis Nilai Saham BUMN Sulit Pulih
Saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai sulit pulih dari dampak pandemi virus corona (Covid-19), sebab sentimen negatif kemungkinan masih menunggangi pergerakannya meski Covid-19 reda.
Mengutip Antara, Minggu (26/4), hal ini diungkapkan oleh Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan dalam webinar bertajuk "Mendulang Profit dari Saham-Saham BUMN Pasca COVID-19".
Menurutnya, situasi saat ini berbeda dengan krisis 2008 silam, di mana saham BUMN kala itu berhasil pulih lebih cepat dibanding indeks harga saham gabungan (IHSG).
Saat itu, IHSG bisa kembali menyentuh level tertingginya dalam waktu 16 bulan dari fase bottom. Sementara, saham-saham BUMN berhasil menyentuh level tertinggi hanya dalam waktu 10 bulan dari fase bottom.
"Pada 2020 kemungkinan agak sulit untuk mengulang. Saya melihat sentimen kepada BUMN khususnya sentimen negatif dari sisi persepsi masih cukup kuat," ujar Alfred, dilansir dari Antara, Minggu (26/4).
Alfred menjelaskan, saat ini saham-saham BUMN terkoreksi lebih dalam sehingga kapitalisasi emiten BUMN tercatat turun sekitar 37,8%. Sedangkan, emiten non BUMN hanya turun sekitar 25,4%.
Selain itu, selama lima tahun terakhir saham BUMN dinilai memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan emiten non BUMN. Hal inilah yang membuat saham-saham BUMN sulit untuk pulih cepat.
(Baca: Investor Asing Obral Saham Lebih Rp 1 Triliun, IHSG Ditutup Anjlok 2%)