Kekhawatiran Gelombang Kedua Covid-19 Sebabkan Harga Minyak Jatuh Lagi

Image title
12 Mei 2020, 08:19
Ilustrasi, pembangunan jalur pipa minyak. Harga minyak kembali turun karena pasar masih khawatir akan munculnya gelombang kedua pandemi virus corona (Covid-19).
ANTARA FOTO/REUTERS/Candace Elli
Ilustrasi, pembangunan jalur pipa minyak. Harga minyak kembali turun karena pasar masih khawatir akan munculnya gelombang kedua pandemi virus corona (Covid-19).

Kekhawatiran akan adanya gelombang kedua virus corona (Covid-19) memicu penurunan harga minyak pada perdagangan Selasa (12/5).

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2020 tercatat turun 4,33% menjadi US$ 23,63 per barel. Sedangkan, minyak jenis west texas intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2020 tercatat berada di level US$ 24,47 per barel.

"Ini merupakan bentuk keseimbangan antara pemotongan produksi OPEC versus kekhawatiran tentang kemungkinan gelombang kedua virus corona," kata Analis senior di Price Futures Group Phil Flynn seperti dilansir dari Reuters, Senin (11/5).

Permintaan minyak global tercatat telah merosot sekitar 30% karena pandemi corona membatasi mobilitas, yang mengarah pada penurunan permintaan. Hal ini menyebabkan kelebihan pasokan global. Sementara, harga minyak berjangka telah jatuh 55% tahun ini karena virus corona.

Meski begitu, harga minyak kembali naik selama dua minggu terakhir, ditopang oleh rencana pelonggaran karantina wilayah atau lockdown beberapa negara. Rencana ini membuat permintaan minyak global sedikit meningkat.

Selain itu, penguatan harga minyak di awal sesi perdagangan Senin (11/5), juga ditopang oleh keputusan perusahaan minyak asal Arab Saudi, Aramco. Perusahaan minyak terbesar di dunia ini memutuskan mengurangi produksi minyak mentahnya untuk Juni dengan tambahan 1 juta barel per hari.

Keputusan ini didasarkan atas keputusan organisasi negara pengekspor minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Negara-negara yang tergabung dalam OPEC memutuskan untuk mengurangi supply minyak mulai 1 Mei lalu, sebanyak 10 juta barel. Langkah ini diambil untuk menyeimbangkan harga minyak, yang sudah turun cukup dalam.

(Baca: Dibayangi Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Kembali Turun)

Meski demikian, ada kekhawatiran langkah-langkah yang dijalan OPEC tidak memberi hasil yang signifikan. Pasalnya, muncul kekhawatiran terkait gelombang kedua pandemi virus corona, yang disebabkan pelonggaran lockdown sejumlah negara.

Indikasi ini semakin menguat ketika beberapa negara yang sudah menerapkan pelonggaran, justru mencatatkan kenaikan kasus positif Covid-19. Jerman misalnya, mengumumkan adanya kenaikan kasus positif virus corona yang signifikan, sejak negara tersebut melonggarkan lockdown di sejumlah negara bagian.

Demikian juga di Tiongkok, juga mencatatkan munculnya kasus baru setelah sebelumnya menyatakan telah mampu membendung penyebarannya. Di Wuhan contohnya, tempat asal virus corona, dilaporkan muncul kasus positif baru setelah kota tersebut membuka aksesnya.

Dengan demikian, kebijakan OPEC memangkas pasokan akan ditantang oleh kekhwatiran munculnya gelombang kedua pandemi Covid-19. Jika munculnya kasus positif semakin banyak pasca pelonggaran lockdown, maka harga minyak akan semakin melemah, meski OPEC memangkas produksi.

(Baca: Ekspor Tiongkok Melesat 3,5%, Harga Minyak Turun Efek Ambil Untung)

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...