Ekspor Tiongkok Melesat 3,5%, Harga Minyak Turun Efek Ambil Untung

Image title
8 Mei 2020, 07:08
Ekspor Tiongkok Melesat 3,5%, Harga Minyak Turun Efek Ambil Untung
ANTARA FOTO/REUTERS/Stephanie McGehee
Ilustrasi, pedagang saham Kuwait terlihat di aula perdagangan pasar saham Kuwait Boursa di kota Kuwait, Kuwait, Senin (16/9/2019).

Harga minyak turun tipis pada perdagangan pagi, hari ini (8/5), setelah melonjak pada Rabu lalu. Harga komoditas ini mulai terdorong oleh pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) seiring berkurangnya jumlah kasus positif virus corona. Selain itu, ekspor Tiongkok mulai bangkit.

Ekspor dari Negeri Panda tumbuh 3,5% pada bulan lalu. Hal ini menjadi pertanda aktivitas ekonomi mulai pulih, setelah penyebaran pandemi corona turun drastis di Tiongkok.

Berdasarkan data Bloomberg pada Pukul 06.58 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Juli memang turun 0,87% menjadi US$ 29,46 per barel. Sedangkan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2020 turun 0,55% berada di level US$ 23,42 per barel.

Namun, harga Brent terkerek sekitar 11% dan WTI 18% selama sepekan ini. Jika dihitung sejak 6 April, harga WTI bahkan melonjak 30% lebih.

Analis menilai, penurunan harga pada hari ini terjadi karena aksi ambil untung. "Tidak mengejutkan bagi saya. Saya pikir ada beberapa aksi ambil untung, ” kata mitra di Again Capital LLC di New York John Kilduff, dikutip dari Reuters, Jumat (8/5).

(Baca: Eropa hingga AS Perlonggar Lockdown, Harga Minyak Terkerek Hampir 14%)

Selama ini, pandemi Covid-19 membuat permintaan minyak turun 30% secara global. Penyebabnya, aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi guna menekan penyebaran virus corona.

Dengan pelonggaran kebijakan lockdown, aktivitas mulai berjalan. "Pemotongan produksi oleh negara-negara pengekspor minyak dan Rusia (OPEC+) dan pembukaan kembali wilayah di semua tempat, memiliki efek yang diinginkan," kata Analis pasar senior di Oanda Eropa Craig Erlam, dikutip dari Economic Times, Jumat (8/5).

Selain itu, berdasarkan data China General Administration of Customs, ekspor Tiongkok dalam dolar Amerika Serikat (AS) naik 3,5% secara tahunan (year on year/yoy) pada April. Sedangkan impornya turun 14,2% yoy.

Padahal, banyak ekonom yang memperkirakan ekspor dan impor Tiongkok turun 11% dan 10% pada bulan lalu, akibat pandemi corona. (Baca: Pasokan Turun Paling Dalam Sejak 2003, Harga Minyak Naik 3% Lebih)

Belum lagi Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk Juni. Pasar melihat langkah ini sebagai pertanda tidak ada lagi diskon harga secara agresif, seperti yang dilakukan Arab Saudi ketika hubungannya memanas dengan Rusia beberapa waktu lalu.

Kendati begitu, para analis menekankan bahwa kurangnya ruang penyimpanan untuk minyak mentah secara global masih menjadi masalah besar. Hal ini akan menekan harga minyak.

"Harga minyak WTI bulan depan akan terus bergejolak sampai masalah penyimpanan diselesaikan," kata market economist di Dailyfx.com Nicholas Cawley dalam catatannya, dikutip dari CNBC Internasional.

Selain itu, aktivitas ekonomi global belum sepenuhnya pulih. “Permintaan minyak akan tetap rendah dan ketidakseimbangan saat ini atas pasokan yang berlebih akan terus membatasi setiap kenaikan minyak WTI,” ujar dia.

(Baca: OPEC+ Mulai Pangkas Produksi Hari Ini, Harga Minyak US$ 25,27/Barel)

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...